Meresahkan, Demi Cuan Rela Tawuran!
Oleh: Sabila Herianti
LenSaMediaNews.com__Sangat meresahkan. Di negeri ini memang kerap kali ditemukan aksi tawuran di berbagai wilayah, baik tawuran antarwarga maupun antarkelompok remaja. Namun, tawuran yang terjadi akhir-akhir ini tidak hanya sekadar melakukan aksi lawan-melawan antar pihak yang bermusuhan, di lokasi tertentu, kemudian selesai dengan menyisakan kerusakan atau bahkan korban. Mirisnya, telah terjadi tawuran gaya baru, yaitu tawuran yang dikontenkan demi cuan.
Sebagaimana aksi tawuran yang terjadi di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, yang melibatkan warga RW 1 dan RW 02, pada Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30. Agung selaku lurah Cipinang Besar Utara (CBU) mengaku bahwa kebanyakan pelaku yang terlibat tawuran bukanlah dari pihak warganya. Agung menjelaskan bahwa tawuran kembali terjadi akibat adanya provokasi yang berasal dari pihak luar.
Parahnya, ia juga mendapatkan informasi bahwa terdapat pelaku yang menjadikan tawuran tersebut sebagai konten media sosial. Pelaku tawuran tersebut janjian untuk melakukan aksinya melalui sosial media, kemudian mereka meliput aksi tawuran tersebut secara live di salah satu platform media demi bertambahnya followers dan cuan (detik.com, 30-06-2024).
Sungguh miris melihat generasi masa kini. Sekularisme dan liberalisme telah mengikis jati diri mereka sebagai pemuda muslim yang taat dan selalu ingin menebarkan kebaikan pada masyarakat. Tujuan hidup mereka bukan lagi layaknya tujuan seorang muslim, yakni kebahagiaan dunia dan akhirat. Kini, tujuan hidup mereka hanya berpusat pada kebahagiaan dunia yang semu. Jangankan memikirkan halal haram, bahkan mereka seakan lupa bahwa segala aktivitas yang mereka lakukan saat ini pasti akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Fenomena semakin maraknya remaja yang terseret tawuran, bukti nyata bahwa sistem pendidikan saat ini gagal mencetak generasi berkualitas. Pasalnya, sistem pendidikan yang berasaskan sekuler ini tidak mampu mengantarkan peserta didik pada keimanan yang shahih dan ketaatan. Justru, mendorong mereka untuk memuliakan materi dan bersikap liberal.
Ditambah lagi, sistem yang tegak saat ini, yaitu sistem kapitalis, telah membuat negara hanya memandang sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang dibangun untuk memenuhi kepentingan para pemilik modal. Alhasil, tidaklah negara memperhatikan kondisi rakyatnya, kecuali hanya untuk diperas harta dan tenaganya. Sungguh zalim negara dalam sistem kapitalis.
Di samping itu, negara juga gagal menghindarkan generasi dari tontonan yang tidak mendidik. Maka tidak heran, jika semakin ke sini, banyak ditemukan remaja yang pandai namun krisis moral. Memang sudah alamiahnya masing-masing dari mereka memiliki keinginan untuk menunjukkan eksistensi dirinya, namun mereka tidak tahu-menahu bagaimana cara memenuhi keinginan tersebut dengan benar.
Sayangnya, tontonan tidak mendidik yang semakin bertebaran terlanjur mereka jadikan tuntunan dalam kehidupan mereka. Jadilah, tidak sedikit dari mereka menganggap tawuran, gengster, bullying, dan lain sebagainya bukan lagi suatu hal yang buruk, melainkan suatu hal yang patut dicoba pada masa muda. Na’udzubillah.
Oleh karena itu, sistem kapitalis yang sudah terbukti gagal mencetak generasi berkualitas, dan juga gagal dalam mengatur kehidupan ini harus segera dicampakkan. Saatnya beralih pada sistem Islam, sistem yang mendorong negara untuk memperhatikan kondisi rakyat, serta mengurus seluruh rakyatnya dengan penuh ketulusan. Juga, merupakan sistem yang mampu menciptakan masyarakat dan lingkungan yang Islami melalui sistem pendidikan berbasis Islam yang diterapkannya.
Dalam sistem Islam juga sanksi tegas dan menjerakan akan diterapkan bagi pelaku tindak kejahatan. Penerapan hukum sanksi tersebut berdasarkan syariat, pastinya. Dan, sistem Islam ini hanya akan bisa diterapkan secara menyeluruh di dalam institusi yang bernama, Khilafah.
Wallahu a’lam. [LM/Ss]