Tawuran Demi Cuan, Bobroknya Pendidikan ala Kapitalisme
Oleh: Dinar Rizki Alfianisa
Lensamedianews com, Opini – Aksi tawuran sepertinya masih menjadi tren di kalangan pemuda dulu hingga kini. Sering kali aksi ini dipicu oleh rasa dendam salah satu pihak yang tidak terima dengan ejekan pihak lain.
Kedua belah pihak biasanya sepakat akan melakukan aksi tawuran di suatu tempat. Tak jarang mereka membawa senjata tajam seperti parang dan celurit.
Baru-baru ini kasus tawuran terjadi di berbagai daerah di negeri ini. Aksi tawuran antara geng motor terjadi di wilayah Ciomas. Sebanyak 8 pelaku yang masih usia remaja ditangkap Polsek Ciomas. Barang bukti yang berhasil diamankan dari para pelaku tawuran adalah dua senjata tajam berupa pedang.
Di hari yang sama, Polsek Ciomas juga menggagalkan rencana tawuran yang melibatkan sejumlah remaja di wilayah Ciomas tepatnya di Jalan Samisade Desa Laladon. Dalam operasi ini, polisi berhasil mengamankan 3 remaja yang diduga hendak terlibat dalam tawuran, 6 buah celurit, dan 13 kendaraan sepeda motor (radarbogor.jawapos.com, 30/6/2024).
Aksi lain terjadi di Jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Para pelaku tawuran itu menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam.
Selain provokasi dari pihak luar, ada dugaan dan informasi bahwa tawuran tersebut juga dijadikan muatan konten di media sosial. Para pelaku tawuran sebelumnya telah janjian untuk melakukan aksinya di TKP yang telah disepakatin untuk disiarkan di media sosial. (news.detik.com, 30/6/2024).
Bobroknya Pendidikan ala Kapitalisme
Sungguh miris perilaku pemuda zaman ini. Pola pikir materialistis telah terhujam kuat dalam diri umat. Otak mereka dipenuhi dan diselimuti oleh cuan, cuan, dan cuan. Berpikir keras bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan cuan dengan cara apa pun.
Tak lagi mengindahkan baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, juga halal dan haram. Semua dilakukan demi kontennya viral dan bisa menghasilkan cuan sebanyak-banyaknya.
Hal ini tidak lepas dari sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Pendidikan dalam sistem ini adalah pendidikan yang hanya mencetak generasi pengumpul pundi-pundi uang. Rusaknya generasi yang menyandarkan kebahagiaan berdasarkan materi.
Kapitalisme telah nyata gagal mencetak generasi berkualitas berakhlak mulia. Buah sistem ini adalah banyaknya individu berpikiran sempit, rapuh, individualis, serta buas bak hewan pemangsa yang kapan saja mampu menghancurkan orang lain tanpa belas kasih.
Islam Penyelamat Generasi
Sistem pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam dengan tujuan membentuk pola pikir dan pola sikap Islam adalah sistem yang sesuai dengan fitrah manusia. Standar kebahagiaan individu adalah rida Allah SWT bukan banyaknya materi dan kenikmatan yang didapat. Seluruh perbuatannya terikat dengan syariat Islam dimana tolok ukurnya adalah halal dan haram.
Tujuan pendidikan Islam yang luhur yakni mencetak generasi gemilang dengan akhlak mulia. Individu yang bertakwa yang mampu bertahan hidup dalam kondisi apapun dengan tetap terikat perintah dan larangan Allah.
Dengan seperangkat aturan Islam yang berasal dari Sang Pencipta yaitu Allah SWT maka generasi ini akan terjaga dengan baik. Bahkan tidak mustahil lahir generasi gemilang seperti ketika Islam diterapkan selama hampir 14 abad lamanya. Wallahu a’lam. [LM/Ah]
Please follow and like us: