Ilusi Rumah Murah Subsidi Pemerintah

Lensa Media News–Rumah yang nyaman dan layak huni adalah impian rakyat. Namun apa daya, banyak rakyat tak mampu mewujudkannya. Tak sedikit rakyat yang tinggal di gang sempit nan kumuh, di kolong jembatan, bahkan di bantaran sungai yang rawan banjir.

 

Alih-alih tinggal di perumahan layak huni, sekadar memikirkan kebutuhan makan harian saja sudah menguras pikiran. Terlebih harga rumah di Indonesia terus mengalami kenaikan sebagaimana tercantum dalam Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang meningkat mencapai 1,89% (yoy) pada kuartal I 2024 dibandingkan dengan IHPR kuartal IV 2023 sebesar 1,74% (CNN Indonesia).

 

Menilik kembali program rumah murah yang digagas presiden Joko Widodo untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dirilis tahun 2016 dan diresmikan pada 2017 dengan uang muka Rp 1,12 juta dan cicilan sekitar Rp 750-900 ribu per bulan nyatanya tak menyelesaikan masalah.

 

Perumahan subsidi yang terletak di sekitar wilayah Villa Kencana Cikarang, Bekasi dengan tipe 25/60 ini banyak yang terbengkalai, tak berpenghuni dengan kondisi bangunan yang kotor, dipenuhi tamanan liar hingga bangunannya rusak tak terurus (Detik.com).

 

Beberapa penyebab harga rumah semakin mahal antara lain karena adanya inflasi dalam sistem kapitalisme yang mendorong kenaikan suku bunga secara global, dimana Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan 6,25% pada 23-24 April 2024. Selain itu, harga bahan bangunan serta upah jasa tukang saat ini semakin mahal.

 

Faktor lainnya yaitu dominasi permainan para pengembang swasta dalam pengadaan rumah. Padahal mereka mendapat pinjaman modal dari pemerintah untuk membeli lahan, namun setelah rumah jadi, mereka mematok harga tinggi sesuka hati.

 

Rumah merupakan kebutuhan primer, tanpa rumah kelestarian manusia bisa terabaikan. Sehat jasmani dan mental juga dipengaruhi oleh kondisi rumah yang nyaman dan sehat. Dalam sistem Islam, seorang khalifah akan menjamin terpenuhinya kebutuhan primer (termasuk rumah) seluruh rakyatnya sesuai syariat, bukan diserahkan kepada swasta.

 

Sementara harga-harga bahan pokok, bahan bangunan, lahan, serta upah pekerja akan relatif stabil karena inflasi akan dicegah. Sistem ekonomi Islam dengan pemasukan melimpah di baitul mal serta pengelolaannya yang sesuai syariat memastikan setiap warga negara khilafah baik muslim maupun non muslim memiliki tempat tinggal yang layak dengan harga murah bahkan gratis. Fatimah Nafis. [LM/IF/ry].

 

 

 

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis