Film Kiblat, Religi Tapi Sesat?

Oleh: Ummu Zhafran

(Pegiat Literasi)

 

Lensamedianews.com– Meski belum tayang, Film Kiblat keburu menuai protes keras dari Majelis Ulama Indonesia. Bahkan ketua MUI bidang dakwah secara tegas menyatakan bahwa film ini harus dilarang beredar. (kumparan.com, 24/3/2024)

Pantas saja, film yang menggelar jumpa pers bertepatan dengan momen bulan Ramadhan ini memang dinilai mencederai Islam dan umat muslim. Baik dari sisi tema yang horor maupun alur cerita, rentan menyimpang dari ajaran Islam yang lurus. Bahkan cenderung mendiskreditkan agama.

Kisahnya sendiri dimulai dari seorang wanita bernama Ainun yang ingin mengenal lebih jauh tentang sang ayah yang telah meninggal.

Namun, dia tidak menyadari bahwa sang ayah telah menyebarkan ajaran yang kontroversial. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ayahnya, Ainun harus mempelajari ajaran yang diajarkan oleh sang ayah di desanya.

Pengalaman mistis pun mulai dialami oleh Ainun dan sahabatnya. Mulai dari berpindah arah kiblat ketika sedang salat hingga lenyapnya suara azan meski tegak masjid di desa tersebut. (tribunnews.com, 24/3/2024)

Malang nian nasib umat Islam zaman sekarang. Belum lama heboh soal film ‘Tuhan, Izinkan Aku Berdosa,’ yang merupakan adaptasi novel bertajuk ‘Tuhan, Izinkan Aku Jadi Pelacur,’ sekarang ‘Kiblat’ lagi. Keduanya sama mengusung genre religi namun justru religiositasnya memantik kegaduhan. Bahkan bagi sebagian kalangan yang peduli terhadap Islam, agenda di balik pembuatan film tersebut menjadi penting dipertanyakan. Untuk kemuliaan Islam dan dakwah atau justru desakralisasi ajaran Islam?

Di luar semua itu, kewaspadaan akan adanya desakralisasi dan upaya mengaburkan pemahaman umat dari ajaran Islam yang lurus perlu terus dipupuk. Masalahnya gejala ke arah sana tampak semakin masif dan terstruktur. Terlebih setelah pengarusutamaan moderasi dicanangkan dan menjadi agenda nasional.

Tidak main-main, sebanyak Rp. 3,2 triliun digelontorkan demi program moderasi beragama. Dana sebanyak itu tentu menggelitik rasa ingin tahu, ada apa dibalik kampanye moderasi beragama?

Mengutip Media Umat, Prof. Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi mengungkap, sebenarnya moderasi Islam adalah wajah lain dari liberalisasi Islam agar kaum muslim tidak terikat syariat Islam secara kafah. Cara berpikir umat Islam disesuaikan dengan pandangan Barat ketimbang pandangan Islam sendiri.

Ungkapan senada juga hadir dari cendekiawan muslim, Ustaz Ismail Yusanto. Ia menegaskan bahwa moderasi merupakan pesanan dari musuh-musuh Islam untuk memperlemah umat Islam sendiri. Sebab semakin publik mengkaji hakikatnya, akan mereka dapati bahwa moderasi beragama merupakan liberalisasi Islam gaya baru karena tidak memiliki dasar tuntunan dalam ajaran Islam. Tentu hal tersebut berisiko menyingkirkan ajaran Islam yang dianggap radikal hanya karena dianggap tidak moderat.

Jelas ini berbahaya. Tak lain karena menderaskan moderasi beragama berarti menciptakan umat muslim moderat yang memandang sama akidah Islam dengan agama dan kepercayaan lainnya. Risikonya, umat dapat semakin menjauh dari ajaran Islam bahkan dari yang paling mendasar yaitu salat. Bukankah bila sudah tak ada bedanya semua agama maka syariah bisa kehilangan legalitasnya? Miris.

Padahal Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Dalam penjelasannya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam. Karena itu, barang siapa yang menghadap kepada Allah sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah Swt. (Tafsir Ibnu Katsir)

Nyata, ketundukan dan pengagungan terhadap segala yang datang dari Islam merupakan konsekuensi sebagai hamba Allah yang mengaku beriman kepada Allah Swt, Rasulullah saw. dan hari Akhir. Oleh karena itu segala bentuk perbuatan yang menyinggung, merendahkan, menjelekkan Islam dan menakuti umat muslim sama sekali tak dapat dibenarkan. Walau dalam bentuk film yang notabene fiksi sekalipun. Sangat disayangkan jika ada di antara individu muslim justru ikut terlena hingga tidak sedikit yang lambat laun menjelma jadi corong yang menyimpang dari Islam. Na’udzubillah.

Saatnya untuk berpaling pada Islam secara sempurna. Sebab rahmat dan keberkahan Islam tidak akan terpancar, hingga kaum muslim mengamalkan Islam secara kafah dan menolak moderasi yang berpotensi merendahkan, mendangkalkan hingga mendiskreditkan Islam. Wallahulmusta’an. [LM/UD]

Please follow and like us:

Tentang Penulis