Boikot Kapitalisme, Selamatkan Palestina

Oleh: Kiki Zaskia, S.Pd. 
(Aktivis Muslimah Bombana)

 

Lensamedianews.com, Opini – Genosida yang dilakukan rezim Israel bersama dengan sekutunya benar-benar mengundang kemarahan setiap jiwa yang masih terpatri dalam dirinya ukhuwah Islamiyah dan nilai kemanusiaan. Sehingga, baik muslim maupun yang nonmuslim sebagian besar melakukan aksi pengecaman.
Baik kecaman dalam bentuk perang media sosial maupun memboikot produk-produk yang berafiliasi dengan Israel dengan kemampuannya masing-masing.

 

Hanya saja, pada dasarnya tindakan itu semua hanyalah solusi jangka pendek. Sebab, hingga kini genosida rakyat Palestina tak kunjung usai dan cenderung semakin membabi-buta.
Kini, meskipun dalam bulan yang mulia (Ramadhan) 1445 H, militer Israel masih saja melakukan penyerangan dengan sikap amat pengecut. Sebab mereka juga menargetkan rakyat sipil, perempuan dan anak-anak, bahkan fasilitas umum seperti rumah sakit.

 

Rezim Israel dengan keji memblokade bantuan logistik makanan, alat mandi, dan lainnya untuk rakyat Palestina. Sehingga yang terjadi mereka tak hanya dihujani bom fosfor dan ditembaki, namun mereka juga dibiarkan kelaparan. Bencana kelaparan melanda rakyat Palestina. Anak-anak mengalami malnutrisi hingga meregang nyawa.

 

Betapa keji dan pengecutnya strategi militer rezim Israel. Di balik itu semua, yang perlu diinsafi yaitu tanggapan atas sikap militer rezim Israel. Organisasi internasional seperti PBB yang pilih kasih, zalim.

 

Dalam sebuah kanal YouTube, Najwa Shihab untuk memperingati Hari Perempuan Internasional mengundang Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi. Beliau mengungkapkan bahwa sekretaris jenderal PBB tak objektif dalam melihat peperangan yang dilakukan rezim Israel. Berbeda dengan Vladimir Putin yang mendapatkan daftar pelanggaran yang mentereng pasca perang Rusia-Ukraina.

 

Sehingga, keadilan untuk rakyat Palestina secara internasional telah dipandang sebelah mata. Maka, menjadi wajar jika ada di antara rakyat Palestina yang mengatakan bahwa mereka tidak ingin untuk diliput media (Jurnalis) sebab baginya percuma saja. Tak ada yang mampu menghentikan ketidakadilan peperangan yang berlangsung. Meskipun di depan mata masyarakat dunia melihat dengan nyata. Kini, mereka semakin teguh berharap pada pertolongan Allah SWT.

 

Menginsafi hal tersebut, kekejian dan kekejaman rezim Israel tak terlepas dari Ideologi yang mereka emban yaitu, kapitalisme. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “Jasmerah” (Jangan sesekali melupakan sejarah). Ambisi Theodore Herzl dulu dan telah berbuah genosida kini. Dengan idenya untuk bermukim dengan merampas tanah rakyat Palestina. Dengan membaca keadaan tubuh kekhilafahan yang tidak sehat sehingga memudahkan sekutu Theodore Herzl untuk mencaplok wilayah kekuasaan Turki Utsmani.

 

Selain itu, masuknya penumpang gelap yang berafiliasi dengan Freemansonry pada tubuh khilafah semakin menambah kerumitan. Alhasil, khalifah Abdul Hamid II harus bermanuver sebab menanggung beban berat permasalahan dalam tubuh Khilafah Utsmaniyah yang berujung kudeta militer dan pengasingan khalifah.

 

Parahnya, status kemuliaan khalifah hanya secara simbolik saja semenjak diterimanya demokrasi dalam sistem politik Turki Utsmani. Kemudian, berbagai desain perang yaitu perang dunia I dan II untuk melemahkan wilayah yang dibebaskan oleh Turki Utsmani termasuk negeri Syam di antaranya yaitu Palestina.

 

Sejarah kelam itu sebenarnya dapat menjadi pelita untuk menguraikan bagaimana untuk mengembalikan hak-hak rakyat Palestina. Bahwa, kapitalisme dengan jalan demokrasi yang telah memporak-porandakan pelindung negeri Palestina yakni khilafah serta hak-hak hidup mereka. Sebab negeri Palestina adalah negeri yang diwakafkan untuk seluruh kaum muslim.

 

Kapitalisme dengan asasnya yaitu materi telah melancarkan segala cara untuk mempertahankan status quo. Melalui jalan demokrasi untuk melanggengkan kapitalisme dengan adagium vox populy vox dey, bahwa suara rakyat adalah suara tuhan.

 

Selama ini, kaum muslim dan masyarakat dunia telah tertipu dengan asas-asas tersebut yang pada kenyataannya hanya segelintir orang (oligarki) yang menguasai segala sumber daya. Sehingga, negeri-negeri kecil bahkan pemimpinnya hanya menjadi boneka kekuasaan atas kepentingan kaum oligarki.

 

Maka menjadi konsekuensi logis ketika tak ada satu pun negeri di dunia ini yang mampu untuk melepaskan pasungan ketidakadilan atas negerinya sendiri apalagi untuk Palestina. Kemudian, semakin tak menemukan jalan ketika setiap negeri tak memiliki kekuatan untuk menjadi satu negara imperium dengan arah nasionalisme.

 

Namun, komplekstitas tersebut bukan menjadi sebuah kemustahilan untuk meraih keadilan hakiki. Sebagaimana manuver Rasulullah saw. yang telah berdakwah menawarkan dan menanamkan suatu peraturan hidup manusia yang sempurna dan cemerlang yaitu ideologi Islam. Khalifah kaum muslim berhasil menaklukan 2/3 dunia. Sehingga, upaya paling berarti kaum muslim kini yaitu mendakwahkan syariat Islam secara kaffah dan konsekuensinya yaitu tegaknya Khilafah. [LM/Ah]

Please follow and like us:

Tentang Penulis