Harga Beras Melambung, Rakyat Menjerit
Harga Beras Melambung, Rakyat Menjerit
Oleh : Najma Nabila
(Ibu Rumah Tangga, Bogor)
LenSaMediaNews.com – Kenaikan harga beras yang terasa makin mencekik rakyat masih terus berlangsung. Di Pasar Bogor sendiri, Pemda Pasar Pakuan Jaya merilis bahwa harga beras sudah mencapai Rp16.000. Kenaikan ini pun disebutkan sebagai kenaikan secara nasional, bukan hanya daerah saja oleh Syarifah Sofiah, Sekda Kota Bogor(radarbogor.co.id 17/2). Kenaikan ini juga turut diiringi dengan kenaikan harga lainnya seperti cabai dan bawang merah.
Harga beras yang sudah dirasa naik sedikit demi sedikit sejak tahun lalu ini sesungguhnya menjadi persoalan yang serius. Kenaikan harga bahan pokok yang sangat dibutuhkan rakyat pastilah akan membuat rakyat menjerit.
Di sisi lain, pemerintah terus melakukan impor beras agar kebutuhan rakyat dan cadangannya di Bulog tercukupi. Sebanyak 2 juta ton beras ditargetkan datang pada periode Januari-Maret 2024 (detik.com). Sayangnya, impor ini pun tidak membuat harga beras di tengah pasar berkurang. Permasalahan harga beras yang kian naik seperti dipepet dari segala arah. Harga yang tinggi serta adanya ketergantungan dengan pihak luar yang menunjukkan bahwa Indonesia tidak berdaulat pangan.
Tentu ada banyak faktor yang menyebabkan melonjaknya harga beras. Salah satunya adalah rusaknya rantai distribusi beras yang dikuasai pihak tertentu dan larangan bagi petani untuk menjual langsung hasil panennya pada konsumen. Jika distribusi dimonopoli oleh pihak tertentu, permainan harga dan penahanan pasokan mungkin terjadi sehingga harga beras kian melonjak bahkan langka ditemukan di pasar. Bagaimanapun, pemerintah harus terus mengawal harga bahan pokok ini agar jangan sampai merugikan dan mengesampingkan kebutuhan rakyat.
Di sisi lain, ketergantungan pada impor pun harus dikaji ulang. Kecukupan bahan pangan bagi negara adalah sesuatu yang strategis dan harus diusahakan. Jangan sampai Indonesia terus-terusan melakukan impor beras, sementara petani di negeri agraris itu sendiri lama-lama menderita karena selain biaya produksi yang mahal, hasil taninya pun tak menguntungkan. Negara perlu menjangkau semua kalangan untuk menstabilkan harga beras. Memperhatikan kebutuhan petani dan mencukupinya, menjaga stabilitas harga di tengah masyarakat, dan memastikan bahwa lingkaran distribusi beras tak hanya menguntungkan pihak tertentu. Rakyatlah yang semestinya menjadi pusat utama yang diperhatikan dari kebijakan-kebijakan yang diatur oleh pemerintah, termasuk dalam hal harga beras.
Dalam Islam, orientasi menjalankan pengaturan negara dalam rangka mengemban amanah dan menunaikan syariat menjadi semangat untuk terus memberikan yang terbaik pada rakyat. Tidak ada tujuan memperkaya diri sendiri maupun golongan tertentu yang diselipkan lewat kebijakan-kebijakan dari pihak berwenang. Hal inilah yang seharusnya dilakukan oleh sistem kekuasaan dalam pengaturan negara agar tercapai negara yang berdikari, berdaulat pangan, serta dapat menjamin kebutuhan seluruh rakyatnya.
Wallahu’alam bishowwab.