Negara Maritim Krisis Air Bersih

Oleh: Warjianah
(Muslimah Peduli Generasi Pemalang, Jawa Tengah)

 

Lensamedianews.com– Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Perkiraan musim kemarau tahun 2023 terjadi Pada bulan Juli-Agustus, bahkan kemarau tahun ini menyebabkan kekeringan. Terlebih ada potensi El Nino atau pemanasan suhu muka laut hingga 60℅. Ternyata musim kemarau yang berkelanjutan, menyebabkan kekeringan dan krisis air bersih. Kekeringan dan krisis air bersih dialami sejumlah warga Jawa Tengah, tercatat pada bulan September ada 850 desa dari total 35 kabupaten/kota. Berdasarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, ratusan desa yang terdampak itu tersebar di 252 kecamatan( 15/9/23 Solopos.com).

Adapun wilayah yang terdampak paling parah, di alami kabupaten Blora dengan 119 desa, kabupaten Grobogan dengan 110 desa, kabupaten Pati 49 desa, kabupaten Cilacap 41 desa (RadarSemarang, 13/9/23). Kekeringan yang terjadi menyebabkan sumber mata air semakin berkurang. Mengutip laporan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2020, beberapa wilayah di Indonesia seperti: Sumatera Selatan, Nusa Tenggara barat dan Sulawesi Selatan akan mengalami krisis air atau kelangkaan air bersih tahun 2045. Sementara di Jawa dan Bali, ketersediaan air bersih akan berstatus langka hingga krisis di sebagian besar wilayah pada tahun tersebut. Porsi luas wilayah krisis air pun akan meningkat dari 6℅ hingga 9,6℅ pada tahun 2024.(22/5/23 Metronews.com)

 

Akar Masalah
Penyebab Krisis Air, ada beberapa faktor:

1. Letak geografi

Letak negara Indonesia di apit oleh 2 benua dan 2 samudera. Indonesia secara geografis terletak di daerah “monsoon”. Yang merupakan fenomena alam di mana sangat sering terjadi perubahan iklim secara ekstrem disebabkan oleh perubahan tekanan udara dari daratan.

2. Minim daerah resapan
Alih fungsi lahan terbuka hijau yang digunakan sebagai bangunan tempat tinggal mempengaruhi kondisi dari cadangan air tanah. Lihat saja sekarang jalanan sudah berganti beton. Sehingga tidak mampu air menyerap ke dalam tanah. Semakin cadangan air dalam tanah sedikit, membuat dampak buruk berupa bencana kekeringan.

3. Boros air
Biasanya terjadi dalam lingkungan rumah tangga, seperti lupa mematikan kran sehabis mandi atau sengaja mandi dengan air berlimpah-limpah.

4. Curah hujan rendah
Mengakibatkan rendahnya uap air dan awan. Apabila saat hujan turun akan sangat sedikit. Maka musih hujan akan lama dan kekeringan akan melanda.

5. Kerusakan Hidrologis
Kerusakan fungsi dari wilayah hulu sungai karena waduk dan pada bagian saluran irigasinya terisi sedimen dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya kapasitas daya tampung air semakin berkurang, Hal ini jika lama dibiarkan menyebabkan kekeringan saat terjadi musim kemarau.

6. Global Warming
Penyebab kekeringan dampak dari polusi udara, seperti asap kendaraan dan pabrik, bahkan zat kimia berbahaya.

 

Solusi

Semua penyebab ini, tidak lain dari perilaku individu, masyarakat, dan negara. Seperti yang allah firmankan,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar- Rum ayat 41)

Untuk itu yang harus diperbaiki mencakup 3 aspek.
1. Aspek Individu
Memahami pemakaian air disesuaikan kebutuhan. Tidak melakukan pencemaran air dengan membuang sampah sembarangan mengakibatkan air bersih tercemar. Tidak membuang sampah (limbah) sehingga membuat pencemaran tanah yang dampaknya tanah akan sulit menyerap air hujan. Perlunya kesadaran menanam pohon, bertujuan untuk memfungsikan kembali daerah serapan.

“Dari sahabat Muadz bin Anas ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang mendirikan bangunan atau menanam pohon tanpa kezaliman dan melewati batas, niscaya itu akan bernilai pahala yang mengalir selama bermanfaat bagi makhluk Allah yang bersifat rahman,'” (HR Ahmad)

2. Aspek Masyarakat
Dibutuhkan kerjasama masyarakat, untuk menasehati individu/kelompok yang berusaha melakukan tindakan pembangunan liara. Karena akan menyebabkan semakin berkurangnya daerah resapan air. Masyarakat juga harus menolak keras tindakan pengundulan hutan. Masyarakat hendaknya bekerjasama untuk mengeruk sungai yang dangkal sehingga ketika musim hujan sungai bisa berfungsi normal (bisa menampung air banyak).

3. Aspek Negara
Negara dalam Islam akan berusaha membangun bendungan-bendungan yang dapat menampung air hujan. Negara pula yang harusnya memberikan sanksi tegas kepada pelaku pembangunan liar, pengundulan hutan, pelaku pencemaran air dan tanah.

Beginilah sosok pemimpin dalam Islam, ketika ada masalah yang muncul dalam negerinya. Segera bertindak tegas, seperti kisah Umar bin Khattab, ketika musim kekeringan melanda dan menyebabkan kelaparan. Khalifah Umar tidak tinggal diam. Ia berusaha menggunakan dana Baitul Maal untuk membantu rakyatnya. [LM/UD]

Please follow and like us:

Tentang Penulis