Bunuh Diri Meningkat, Ada Apa dengan Masyarakat?

Oleh: Dian Agus Rini

 

Lensamedianews.com– Sungguh miris, kasus bunuh diri pada mahasiswa/i semakin meningkat. Begitu pula dengan jumlah kasus bunuh diri yang dilakukan di masyarakat baik usia muda maupun tua karena berbagai sebab. Usia remaja khususnya jenjang mahasiswa/i, seharusnya bukan lagi memikirkan diri sendiri. Namun faktanya justru mulai marak mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Bahkan dalam kurun waktu sepekan di bulan Oktober 2023 ini, terdapat dua kasus dugaan bunuh diri di lingkungan mahasiswa yang ramai diberitakan.

Pertama, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswa berinisial NJW (20) yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (10/10/2023). Kedua, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta berinisial EN (24) di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (11/10/2023). Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023.

Hal tersebut harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat seluruhnya. Karena penyebab kasus bunuh diri berasal dari hal kompleks. Tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang mendorongnya, baik itu faktor internal maupun eksternal pelaku bunuh diri. Faktor internal disebabkan karena mental yang lemah dalam menghadapi masalah. Sedangkan faktor eksternal dapat dipicu berbagai hal. Diantaranya tuntutan kurikulum pendidikan yang semakin berat, faktor ekonomi dan biaya hidup yang semakin meningkat, faktor gaya hidup modern. Atau faktor tidak adanya dukungan moril dari keluarga, kerabat, teman dan masyarakat, dll.

Kompleksnya faktor yang mempengaruhi kasus bunuh diri tidak terlepas dari sistem sekuler yang diterapkan yang bersandarkan pada kebebasan. Pada akhirnya solusi yang ditawarkan penguasa dalam sistem sekuler hanya bersifat tambal sulam, tidak pernah mengakar. Sebagai contoh kurikulum pendidikan yang sering berubah, namun tidak menghasikan generasi cemerlang. Yang ada biaya pendidikan malah semakin tinggi ditengah himpitan ekonomi yang juga semakin berat.

Hal lainnya, seperti serangan budaya dan modernisasi menjadikan remaja berkiblat kepada barat. Akhirnya melahirkan kebebasan bertingkah laku tanpa diiringi dengan ketahanan mental dan kekuatan ekonomi. Akibatnya muncullah prustasi sebab tidak bisa menyamai kehidupan orang lain yang menjadi role model. Hal ini bisa mendorong untuk bunuh diri. Dan masih banyak solusi tambal sulam lainnya.

Berbanding terbalik dengan sistem sekuler, Islam memberi perlindungan atas nyawa manusia, menjaga fitrah manusia, menjamin kebutuhan hidup rakyatnya. Islam memiliki berbagai mekanisme untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif agar Kesehatan mental rakyat terjaga.

Dimulai dari penanaman akidah sejak dini, hingga pengkondisian ketakwaan kepada setiap individu, dan penerapan seluruh hukum syariat berikut sanksi yang tegas oleh penguasa yang bersumber dari Pencipta. Sehingga terwujudnya keadilan, keamanan dan ketenangan. Ditambah dengan kontrol masyarakat yang selalu menjadi alarm bagi individu dan penguasa dari kelalaian penerapan hukum syariat-Nya. Demikian tertatanya sistem Islam yang menguatkan karakter umat sehingga mampu membentuk kepribadian ulul albab. [LM/UD]

Please follow and like us:

Tentang Penulis