Utopia Pemilu Aman dan Damai ala Demokrasi
Oleh: Ika Nur Wahyuni
Lensamedianews.com– Ribuan warga Karawang mengikuti serangkaian acara Fun Run and Walk Bhayangkara Proklamasi di Carnival Street Galuh Mas. Acara ini digelar oleh Polres Karawang bersama tokoh masyarakat. Selain untuk mempererat tali silaturahmi, tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mendeklarasikan damai jelang tahun politik 2024. Kapolres Karawang AKBP Wirdhanto Hadicaksono berharap nantinya Pemilu berjalan dengan aman dan damai di Kabupaten Karawang. (detik.Jabar, 20/08/2023)
Deklarasi Pemilu aman dan damai sedang gencar dilakukan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah dan jajaran Kepolisian. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pun menyampaikan pesan ini kepada masyarakat agar mengawal Pemilu bersama-sama supaya berjalan aman dan damai saat menyaksikan langsung pertandingan voli Kapolri Cup 2023 di GOR Pangsuma, Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar). (news.detik com, 02/09/2023)
Sudah menjadi rahasia umum gelaran Pemilu selalu meninggalkan luka mendalam bagi rakyat. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mencatat setidaknya ada 81 peristiwa kekerasan bermotif politik terjadi sepanjang tahapan kampanye Pemilu 2014. Kekerasan tersebut diantaranya pengerusakan 44 kasus, penganiayaan 24 kasus, intimidasi 8 kasus, penembakan 5 kasus, penculikan 2 kasus hingga bentrokan antar massa pendukung parpol sebanyak 10 kasus.
Ini mengakibatkan 7 orang tewas, 48 luka-luka selain korban fisik, juga terdapat kerugian materil dan psikologis. Kontras menilai kekerasan dan pelanggaran HAM selama tahapan kampanye Pemilu 2014 tak lepas dari peran KPU dan Bawaslu sebagai pihak penyelenggara dan pengawas Pemilu yang tidak melakukan tugasnya secara optimal bahkan seakan-akan menutup mata dan saling lempar tanggung jawab terhadap peristiwa pelanggaran tersebut. (https://kontras.org>2018/19)
Pemilu di tahun 2019 bahkan lebih brutal. Diketahui berdasarkan data Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan, setiap provinsi mencatat petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada Pemilu 2019 yang sakit mencapai 11.239 orang dan korban meninggal sebanyak 527 jiwa. Ini menjadi catatan kelam gelaran pesta demokrasi yang diadakan setiap 5 tahun sekali ini. (Kompas, 22/01/2020)
Salah satu fungsi negara adalah melindungi kehidupan dan menjamin keamanan setiap warganya. Peristiwa Pemilu 2014 dan 2019 adalah harga serta pengorbanan yang sangat mahal yang sama sekali tidak dibenarkan meski itu untuk tujuan dan kepentingan demokrasi sekalipun. Kenyataan ini sudah semestinya menjadi bahan evaluasi negara dan para pemimpin negeri ini. Layakkah gelaran pesta demokrasi dengan menghilangkan ratusan nyawa dan membahayakan ribuan nyawa lainnya?
Sudah saatnya mengganti sistem demokrasi yang menjauhkan dari rasa aman dan damai dengan sistem Islam yang membawa rahmat bukan hanya bagi manusia saja bahkan untuk seluruh alam. Islam bukan hanya agama akan tetapi sebuah ideologi sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusannya yaitu Nabi Muhammad Saw yang di dalamnya mengatur bukan hanya masalah ibadah saja tetapi seluruh sendi kehidupan termasuk politik.
Memilih pemimpin dalam Islam dilakukan dengan cara sederhana dan efisien. Tak mesti menggunakan proses pemilihan umum yang beranggaran besar dan memerlukan waktu yang lama. Pemilihan bisa dilakukan secara langsung dengan menunjuk seseorang untuk menjadi pemimpin melalui Ahlu Halli wal Aqdi yaitu orang-orang pilihan yang merupakan representasi umat. Pemilihan dalam Islam dibatasi maksimal tiga hari dengan tiga malamnya.
Inilah kunci pemilihan pemimpin di dalam Islam, jauh dari aktivitas money politics, black Champaign, ataupun berbagai upaya curang lainnya. Dengan waktu yang singkat tidak akan memakan korban jiwa karena kelelahan seperti yang terjadi dalam pesta pemilu demokrasi. Sistem Islam memberikan solusi terbaik dalam suksesi pemilihan kepemimpinan serta menciptakan rasa aman, damai, dan tentram.
Berbanding terbalik dengan gaya pemilihan ala demokrasi yang mahal, rumit, penuh tipu daya hingga mampu menghilangkan nyawa. Sehingga yang dihasilkan adalah para pemimpin yang tidak amanah, jauh dari nilai-nilai Islam lagi tidak kompeten. Menginginkan keamanan dan kedamaian dalam Pemilu ala demokrasi adalah hal mustahil bahkan hanya utopia belaka. Masihkah percaya pada sistem rusak ini? [LM/UD]