Marak Geng Motor, Bukti Suramnya Kehidupan Sekuler

Oleh: Anita Ummu Taqillah

(Pegiat Literasi Islam)

 

LensaMediaNews-Maraknya geng motor hampir ada di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan di kota-kota besar kerap melakukan kericuhan di lingkungan masyarakat. Mulai dari balap liar, tawuran, penganiayaan hingga pembunuhan pun dilakukan. Padahal para anggotanya kebanyakan adalah anak-anak usia sekolah atau masih usia remaja.

 

Hal ini tentu sangat menghawatirkan. Baru-baru ini pun geng motor berulah kembali. Dilansir tribunjabar.id (12/2/2023), seorang warga berusia 24 tahun asak Tasikmalaya, Qori Muhamad Rahman diduga menjadi korban penganiayaan geng motor pada Sabtu (12/2/2023) dini har di Jalan Letjen Mashudi, Kota Tasikmalaya. Ia mengalami luka robek di pelipis akibat terkena benda tumpul berupa kayu yang dilayangkan oleh geng motor yang masih di bawah umur.

 

Tidak hanya itu, gerombolan bermotor bahkan menbacok Muhammad Rizki Najmudin (21) hingga tewas. Peristiwa tersebut terjadi di dekat rumah korban, yakni di Gang H. Arsad, Kelurahan Cibeureum, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi sekitar pukul 04.00 WIB (Kompas.com, 6/2/2023).

 

Di tempat lain pun banyak pemberitaan tentang geng motor yang melakukan tindak kriminal atau kericuhan. Mereka tak segan tawuran, balap liar, merusak fasilitas umum dan lain-lain. Hal ini membuktikan bahwa generasi kita sedang tidak baik-baik saja.

 

Sistem kapitalisme dengan asas sekularismenya telah menjadikan anak-anak muda hidup bebas. Sebab kebebasan bertingkahlaku diberi ruang. Pemisahan aturan agama dari kehidupan menyelimuti pemahaman mereka. Sehingga aturan agama hanya dianggap perlu ketika hendak melaksanakan kehidupan mahdhoh seperti sholat, puasa, zakat, haji saja. Sedangkan dalam aktivitas dunia mengesampingkan aturan agama.

 

Apalagi usia muda adalah usia pencarian jati diri, ingin diakui dan dilihat oleh orang lain eksistensinya. Maka mereka melakukan segala cara tanpa rambu-rambu kehidupan. Betapa suramnya masa depan negeri ini jika pemudanya tanpa arah dan tujuan.

 

Pengamat Hukum dan Kriminal sekaligus Akademisi Universitas Riau Erdiansyah menilai bahwa aksi geng motor yang didominasi anak di bawah umur dilatarbelakangi rasa ingin diakui. Sebab usia remaja adalah waktu untuk ingin menunjukkan jati diri dan kehebatannya (antarariau, 6/2/2023).

 

Hal ini seharusnya semakin membuka mata kita, bahwa sistem kapitalisme telah menjebak kita dalam semua aspek kehidupan. Saat ini peran orang tua sebagai pihak dasar dalam mendidik dan memahamkan anak mulai berkurang. Sulitnya ekonomi menjadikan orang tua lebih sibuk mencari nafkah daripada memberi perhatian dan pemahaman agama kepada anak.

 

Selain itu, arah pendidikan generasi pun tidak jelas adanya. Visi misi menjadikan anak didik berkarakter, beriman dan berakhlak mulia hanya sebatas slogan belaka. Nyatanya kurikulum yang ada justru menjadikan generasi saat ini kian bebas, nir adab dan minim iman.

 

Kasus geng motor inilah salah satunya. Sedangkan di luar sana kasus hamil diluar nikah, penganiayaan atau pembulian kepada sesama teman dan guru, narkoba, tawuran serta kasus lainnya juga menjadi momok yang menghawatirkan.

 

Maka sudah selayaknya negeri ini menjadikan sistem Islam sebagai solusi tuntas problematika yang ada. Sebab Islam tidak hanya sebuah agama tetapi juga lengkap memiliki aturan kehidupan yang bersumber dari Allah SWT. Islam diturunkan Allah SWT sebagai agama penyempurna dari ajaran-ajaran sebelumnya, yang diwahyukan kepada baginda Nabi Muhammad SAW untuk diterapkan untuk seluruh alam hingga akhir kehidupan kelak.

 

Dengan demikiam, Islam memang layak menjadi sistem kehidupan, tidak hanya untuk muslim tetapi juga seluruh umat manusia. Nyatanya, dulu di Madinah, penduduk negeri yang Rasulullah pimpin tersebut juga tidak hanya muslim tetapi juga majusi dan nasrani. Begitu pula kepemimpinan selanjutnya oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya.

 

Pasalnya, Islam memang memiliki seperangkat aturan yang lengkap, dan akan menyelesaikan problematika dari akarnya. Islam akan menjadikan para orang tua bertanggungjawab penuh pada pendidikan dasar anak. Membekali dan memahamkan anak pada keterikatan dengan syariat. Sebab, hanya ayah yang berkewajiban mencari nafkah.

 

Di sisi lain negara dalam Islam menjamin kebutuhan pokok dan pekerjaan bagi kepala keluarga atau laki-laki yang sudah baligh. Sebab, perekonomian diatur pula sesuai syariat yang tidak memberatkan dan menyudutkan masyarakat seperti saat ini.

 

Sistem pendidikan pun menjadi tanggungjawab negara. Bagaimana membina dan mendidik generasi benar-benar berkepribadian Islam, beriman, dan berakahlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 

Sedangkan dari sisi hukum, negara dalam Islam juga menerapkan sanksi tegas bagi pelaku kerusakan, penganiayaan dan pembunuhan. Sebab hukum Islam sejatinya adalah untuk menghapus dosa dan membuat efek jera bagi yang lainnya. Sehingga kasus-kasus serupa tidak akan ditiru dan berulang di kemudian hari.

 

Dalam Al-quran Surat Al-Maidah ayat 45 Allah SWT telah memberi tuntunan. “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishashnya.”

Wallahu’alam bishowab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis