Menyoal Kapitalisasi Ibadah Haji

Oleh: Sri Eni Purnama dewi

 (pemerhati sosial)

 

Lensa Media News-Mengejutkan ketika urusan ibadah menjadi sesuatu yang sangat mahal dan terkesan menjadi ladang komersil. Inilah yang terjadi pada penyelenggaraan ibadah haji mendatang. Pemerintah melalui Kementrian Agama mengusulkan kenaikan biaya haji pada tahun 2023. Masalahnya, kenaikan itu hingga dua kali lipat dari biaya penyelenggaraan ibadah haji tahun sebelumnya.

 

Pemerintah mengusulkan rata-rata Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) per jemaah sebesar Rp98.893.909, ini naik sekitar Rp514 ribu dengan komposisi biaya perjalanan ibadah haji Rp69.193.733 dan nilai manfaat sebesar Rp29.700.175 atau 30 persen. Artinya, biaya haji tahun ini melonjak hampir dua kali lipat dari tahun lalu yang hanya sebesar Rp39,8 juta. Ongkos ini juga lebih tinggi dibandingkan 2018 sampai 2020 lalu yang ditetapkan hanya Rp 35 juta (www.Cnnindonesia.com, 20/01/2023).

 

Mirisnya hal yang berbeda diungkapkan kementrian agama Arab Saudi sebagai pusat penyelenggara ibadah haji. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengumumkan biaya paket haji pada 2023 lebih murah dari tahun sebelumnya. Perwakilan Kementerian Haji dan Umrah, Amr bin Reda Al Maddah, mengatakan paket haji tahun ini 30 persen lebih murah dibandingkan tahun 2022.

 

Lantas mengapa di Indonesia biaya haji menjadi naik. Tentu bagi rakyat hal ini sangat memberatkan. Di tengah kondisi ekonomi yang sedang lesu pasca pandemi, sementara kebutuhan hidup meningkat, sudah pasti menambah beban bagi yang ingin pergi menunaikan ibadah haji.

 

Haji merupakan salah satu rukun Islam, dimana ketika seseorang menunaikan ibadah haji maka pahalanya akan sangat luar biasa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah bersabda: “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga” (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Terlepas dari berapa pun nilai manfaat, pemerintah memiliki kewajiban untuk melayani masyarakat agar mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan ibadah haji baik materil maupun non materil. Setiap tahun biaya ibadah haji selalu menjadi isu yang hangat. Selain jumlahnya yang sangat besar. Hingga saat ini penyelenggaraan ibadah haji masih harus terus berbenah. Daftar tunggu jamaah yang cukup lama sudah menjadi kekhawatiran masyarakat, sekarang ditambah biaya yang sangat besar.

 

Ketika urusan ibadah di kapitalisasi dan menjadi komersil maka wajar biayanya menjadi naik berkali-kali lipat. Inilah bukti rusaknya sistem yang dipakai saat ini, kapitalisme menjadikan cara pandang pemerintah selalu di ukur dengan materi berupa uang, sehingga segala sesuatu harus menguntungkan termasuk dalam penyelenggaraan ibadah sekalipun.

 

Kondisi yang semacam ini tentu akan berbeda jauh ketika Daulah Islam masih ada. Jika kita membaca sejarah, begitu pedulinya Daulah dalam melayani masyarakatnya yang ingin melaksanakan ibadah haji. Daulah Ustmani hingga membangun jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah pada tahun 1900. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi para penduduk yang beragama Islam untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah.

 

Sebagaimana diketahui, sebagian besar rakyat Daulah Ustmani adalah muslim. Mereka sangat berkepentingan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Ibadah haji bukan semata-mata ibadah ritual yang menjadi kewajiban bagi kaum Muslimin, melainkan didalamnya juga ada syiar Islam. Sehingga perhatian pemerintah untuk kemudahan masyarakatnya dalam melaksanakan hal tersebut menjadi mutlak harus dilakukan. Sejarah sudah membuktikan saat diterapkan Syariat Islam dalam sebuah negara maka pemerintah akan memudahkan penyelenggaraan ibadah haji tanpa memberatkan dengan biaya yang tinggi, sehingga ibadah haji bisa berlangsung lebih efektif dan efisien.

 

Sebagai umat Islam kita harus sadar hanya dengan sistem Islamlah ibadah akan terasa mudah dan murah, tak seperti sistem saat ini yang menjadikan ibadah haji di kapitalisasi dengan biaya melambung tinggi. Sudah selayaknya kita memperjuangkan sistem yang menjadi solusi dari segala problematika ummat, sistem itu tentulah sistem Islam. Allahu’alam. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis