Semakin Menggila, Anak Menjadi Pelaku Pemerkosaan
Putri Rahmi DE, SST
Lensamedianews.com– Sungguh terisrisnya hati ini ketika kita harus menghadapi generasi muda saat ini harus hancur lebur dalam jeratan kemaksiatan. Publik dikejutkan dengan sebuah kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 3 bocah laki-laki SD yang baru berusia 7 tahun terhadap seorang siswi TK di Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Anak perempuan berusia 6 tahun itu mengalami trauma karena sudah beberapa kali mengalami kejadian serupa.
Perkosaan itu terjadi pada Sabtu (7/1/2023) antara pukul 11.00 sampai 13.00 WIB, korban diduga diperkosa 3 anak laki-laki di sebuah rumah kosong. Pelaku pertama memperkosa korban. Kemudian dia menyuruh temannya melakukan hal yang sama. Jika tidak, mereka diancam mau dipukul dan tidak dijadikan teman. Pengakuan korban, dua pelaku memperkosa, satunya mencabuli.
Sungguh ini adalah suatu malapetaka yang besar, mereka yang seharusnya saat ini asyik dengan kehidupan bermain dan bercanda antara sesasama sekarang sudah bertukar peran menjadi dalang pelaku kemaksiatan dan menjadi korbannya. Kehidupan Kapitalis dan turunannya telah mengerus peran anak.
Kasus demi kasus terus menjadi deretan panjang yang tidak akan pernah terselesaikan dengan tuntas oleh negeri ini. Jika kita menilik satu persatu akar masalahnya maka akan kita temui tiga faktor penting penyokong rusaknya seorang anak, yaitu pilar keluarga. Kini keluarga yang hadir adalah keluarga yang abai bahkan keluar dari fungsinya sebagai pendidik, mengayomi dan mengarahkan anak agar menjadi generasi terbaik.
Ibu dan ayah yang telah disibukkan dengan aktifitas bekerja yang telah menyita seluruh waktunya sehingga tidak ada ruang lagi untuk mereka menjalankan perannya sebagai orang tua. Kontrol yang lepas membiarkan anak-anaknya tumbuh kembang tanpa diawasi dan diarahkan, tak jarang mereka bermain hanya bertemankan gadget yang dengan mudahnya menstransfer segala bentuk kerusakan pada anak, sehingga anak yang memiliki hasrat keingintahuan yang besar terdorong untuk mempraktekkan apa yang sering ditonton menjadi sebuah tuntunan.
Pilar Masyarakat hari ini begitu individualis dan hedonis, mereka acuh terhadap permasalahan yang terjadi menjadikan kerusakan menjadi-jadi tanpa ada pagar amar makruf nahi mungkar dari sesama. Ditambahkan lagi dengan pilar Negara yang begitu mementingkan kemanfaatan dalam setiap keputusannya. Negara tidak akan menjadi pengelola dan pembatas terhadap tontonan yang akan merusak generasi, tontonan ini akan tereus berkembang menghiasi tontonan untuk segala usia. Sebab cuan yang akan dihasilkan dari tontonan itu lebih menjadi prioritas dibandingkan kemashalatan sebuah tontonan. Negara mendesain agar peran keluarga dan masyarakat meninggalkan fungsi utama mereka, sehingga kerusakan akan terus lestari.
Sistem pendidikan sekuler yang telah terbukti gagal. Dengan menghilangkan peran agama dalam kurikulumnya telah terbukti menjadi resep jitu dalam kehancuran generasi muda saat ini. Hal ini berakibat lahirnya dekadensi moral pada generasi semakin parah. Sebab tidak membekali peserta didik dengan agama, sebagai pondasi awal terciptanya generasi emas.
Akankah kita semua terdiam setelah deretan panjang kasus kerusakan anak ini terjadi? Umat butuh sebuah sistem yang tegas dan tepat untuk menuntaskan seluruh permasalahan hingga ke akarnya, agar tidak adalagi kasus serupa terjadi. Sistem ini bernama khilafah. Khilafah akan membentuk tiga pilar menjalankan fungsi dengan benar dan tepat yang berlandaskan Al quran dan sunah. [LM/UD]