Peradaban Islam Cetak Generasi Berkualitas Tinggi, Bukan Generasi Minim Visi

Oleh : Ummu Syifa

(Dosen, Malang)

 

Lensa Media News – Tak bisa dipungkiri, kekuatan “viral” di media sosial bisa memberikan efek positif maupun sebaliknya bagi seseorang. Konten-konten receh hingga konten berkualitas menghiasi media sosial setiap detiknya. Namun sayangnya, konten-konten negatif juga banyak bertebaran di media sosial dan memberikan dampak buruk bagi penonton atau followers-nya.

Seperti yang terjadi di Bogor, seorang remaja meregang nyawa karena menghadang trukku hanya demi konten. Ini bukanlah kasus pertama, banyak kasus serupa dilakukan oleh anak-anak. Para orang tua pun hanya bisa menyesal karena lalai mengawasi anak-anaknya.

Fenomena ini mencerminkan upaya “mendewakan” identitas. Para remaja saat ini lebih ingin menunjukkan identitas atau eksistensinya daripada fungsi dirimu. Mereka berupaya mencari momen, agar eksistensinya kemudian diakui orang lain. Pengakuan identitas inilah yang sekarang didewakan.

Tak hanya itu, beragam kabar miris lainnya bermunculan dari generasi bangsa ini. Misalnya kasus tawuran, bullying, pergaulan bebas, narkoba, hingga kriminalitas. Baru-baru ini bahkan terungkap kasus dua remaja yang tega menculik dan membunuh seorang anak kecil di Makassar. Motifnya, mereka hendak menjual ginjalnya demi mendapatkan banyak uang. Perbuatan tersebut mereka lakukan setelah tergoda iklan perdagangan organ di internet.

Sungguh miris melihat perilaku generasi saat ini yang minim visi. Mereka hanya sibuk mengejar materi duniawi dan eksistensi. Hal ini justru menampakkan potret betapa bobroknya generasi hari ini. Inilah wajah generasi hasil penerapan sistem kapitalisme sekuler.

Dalam sistem ini, generasi muda diserang dari berbagai lini, mulai dari pendidikan sekuler, budaya liberal, hingga gaya hidup hedonis yang dipertontonkan di media sosial. Hal ini diperparah dengan negara yang membiarkan dan hanya berpangku tangan, pun juga tak punya visi dan misi menyelamatkan generasi. Jadilah generasi muda hari ini mengikuti arus tanpa tahu tujuan hidupnya.

Hanya peradaban Islamlah yang memiliki visi mulia atau para pemuda. Islam juga memilki metode untuk mencegah dan menyelamatkan generasi dari kerusakan. Islam akan mendidik dan mencetak generasi berkualitas tinggi dengan kepribadian Islam. Hal ini hanya bisa terwujud ketika negara menerapkan aturan Islam secara kaffah.

Untuk melahirkan generasi berkualitas, negara akan melakukan berbagai tindakan preventif dan kuratif. Dari sisi preventif, negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang berlandaskan akidah, hingga mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam dan menguasai ilmu pengetahuan. Setiap sekolah akan dilengkapi fasilitas lengkap dan biaya murah bahkan gratis. Anggaran pendidikan bisa diambil dari pengelolaan sumber daya alam di negeri-negeri muslim.

Kemajuan teknologi akan dimanfaatkan negara untuk menyebarkan dakwah Islam. Setiap orang boleh membuat konten di media sosial, asalkan kontennya mengandung manfaat dan berkualitas. Negara berwenang menghentikan peredaran konten-konten yang mengundang mudharat.

Sebagai tindakan kuratif, setiap pelaku maksiat akan dijatuhi sanksi tegas sesuai Alquran dan Assunnah. Tak ayal, di masa kejayaan Islam dahulu, lahirlah generasi cemerlang yang tak hanya ahli dalam ilmu Islam namun juga sains dan teknologi, seperti Al Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Mariam al-Asturlabi dan lain sebagainya.

Wahai kaum muslimin, tidakkah kita merasa jengah melihat rusaknya generasi muda khususnya saat ini? Sampai kapan kita hanya berdiam diri? Sadarkah kita bahwa penerapan sistem sekulerisme-kapitalisme telah menghancurkan kehidupan kita hari ini?

Wahai kaum muslimin, kini saatnya kita membuang sistem sekulerisme-kapitalisme yang terbukti menyengsarakan. Hanya Islamlah ideologi yang sahih dan terbaik yang diturunkan Allah, yang akan menjadi solusi hakiki problematika umat saat ini. Karena itu, mari kita berjuang menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan.

Wallahu’alam.

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis