HAKORDIA : Seremonial Tanpa Makna

 

Oleh : Jessy Tiara Putri 

 

LenSaMediaNews.com – 9 Des 2022 adalah Hari Antikorupsi Sedunia, diselenggarakan dengan kondisi berkabung oleh ICW (Indonesia Corruption Watch). Sebab faktanya korupsi di Indonesia berada di ujung nadir.

 

Pemberantasan korupsi di Indonesia yang kian mendekati titik nadir menjadi salah satu alasan ICW mengusung tema Habis Gelap tak Kunjung Terang. 

 

Sejumlah survei telah menggambarkan situasi pemberantasan korupsi di Indonesia yang semakin parah. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pun juga ikut-ikutan anjlok dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kendati demikian, ICW percaya masih ada harapan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia jika anak muda Indonesia mau terlibat aktif dalam setiap gerakan antikorupsi.

 

Tak bisa dipungkiri, pemuda merupakan tombak utama yang mampu menembus perubahan bangsa. Namun, apa kabar wahai pemuda di tengah deru perang pemikiran pada hari ini? Ketika para pemudanya sedang tertidur lelap, sebab biusan hedonisme. Serta apakah bisa berdiri di atas tiang-tiang kopong?

 

Pasalnya, kepercayaan masyarakat kepada institusi semakin hari semakin anjlok dikarenakan banyak kasus korupsi yang dilakoni oleh individu KPK itu sendiri. Juga tidak sedikit kasus korupsi strategis yang tidak tuntas seperti kasus yang menimbulkan kerugian negara, merugikan banyak orang, dan korupsi para pejabat tinggi.

 

Hal demikian karna terjadi gratifikasi di dalamnya, sehingga aturan kian melemah. Aturan bisa dikurangi, bisa diringankan, bisa diganti, bahkan bisa direvisi dengan cara “dibeli”. Inilah karakter kapitalisme, dimana Islam tak diperbolehkan menempati ruang publik, sehingga aturan manusia yang lebih berperan.

 

Dari sini semestinya bisa diambil kesimpulan bahwa sistem yang ada tidak bisa berfungsi dengan baik karna tidak mampu mencegah, menanggulangi, mengatasi, bahkan membuat jera para pelaku koruptor. Oleh karena aturan manusia memang lemah tidak akan mampu menjadi solusi bagi setiap permasalahan. Sehingga hal ini hanya akan menyuburkan pesakitan negara, dan parasit di elit politik. 

 

Bahkan faktanya, peringatan HAKORDIA tidak mampu mengambil tindakan yang konkrit hingga menuntaskan permasalahan. Sehingga wajar keadilan hari ini hanya sebatas harapan di atas tiang-tiang rapuh nan usang.

 

Jika kita mau membuka mata, merendahkan diri dan hati, bahwa solusi itu sudah ada sejak belasan abad ke belakang dan menghasilkan peradaban yang gemilang yaitu dengan mengembalikan kekuasaan kepada pemiliknya, yang tak lain adalah Allah SWT. Namun seringnya kita membangkang, merasa hebat, merasa mampu padahal hasilnya nol besar.

 

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran Ayat 26 :

 

قُلِ اللهم مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 26)

 

Pemuda memang sangat berperan pada perubahan suatu bangsa. Namun, jika tetap di sistem yang sama, itu akan sia-sia, sebab hal demikian tidak terjadi sekali atau dua kali tetapi sering. Maka jalan satu-satunya dari kekalutan, kerusakan yang ada dengan mengembalikan kekuasaan hanya kepada-Nya bukan tambal sulam sistem usang. 

 

Wallahu a’lam bishowwab.

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis