Individualis Cermin Masyarakat Kapitalis
Oleh : Epi Lisnawati( Pemerhati Masalah Generasi, Keluarga dan Masyarakat)
Lensa Media News – Kehidupan hari ini dalam cengkraman sistem kapitalis sekuler yang melahirkan sikap individualis. Sikap individualis ini mengikis kepedulian kepada sesama. Potret kehidupan sosial dalam kehidupan bermasyarakat saat ini sangat memprihatinkan.
Belum lama ini geger diberitakan satu keluarga di kompleks Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat, ditemukan tak bernyawa pada Kamis (10/11/2022). Keluarga ini diketahui sudah tak bernyawa setelah tiga pekan kemudian ketika warga mencium bau busuk dari rumah tersebut. Pihak kepolisian mengatakan penyebab kematian satu keluarga itu masih misterius.
Peristiwa ini sungguh tragis dan miris, sudah menjadi rahasia umum pola kehidupan bertetangga di perumahan modern saat ini cenderung individualistis tidak ada kepedulian dan hubungan sosial kemanusiaan. Setiap keluarga sibuk dengan kehidupannya masing-masing.
Pola hubungan seperti ini dipengaruhi oleh cara pandang sekularisme kapitalis yang merusak. Sekularisme memisahkan aturan agama dengan kehidupan bermasyarakat. Kapitalisme sekuler pun menganggap masyarakat terdiri dari individu-individu saja. Jika urusan individu selesai maka masyarakat akan sejahtera dan bahagia. Fokus perhatiannya hanya pada kepentingan individu-individu. Negara bekerja untuk kepentingan individu.
Kehidupan sekuler yang jauh dari agama ini membentuk masyarakat yang miskin iman dan rakus dengan materi. Pilihan-pilihan yang mereka buat hanya mengedepankan rasa kenyamanan diri sendiri. Kondisi masyarakat ini diperkuat oleh peran negara yang membiarkan model pembangunan perumahan kapitalistik yang cenderung ekslusif. Pembangunan smart city yang mengedepankan teknologi justru semakin mengikis hubungan sosial di tengah kehidupan masyarakat.
Konsep bertetangga dalam sistem kapitalis yang individualis ini membawa bencana. Berbeda dengan konsep bertetangga dalam Islam. Dalam Islam bertetangga dan bermasyarakat bukan dipandang semata-mata sebagai interaksi sosial yaitu manusia berhubungan dengan orang lain, namun terkait dengan aturan dan keimanan. Dalam Islam masyarakat terdiri dari kumpulan manusia, pemikiran, perasaan dan peraturan yang terikat dengan syariat Islam.
Imam Al Qurthubiy dalam kitabnya Al Jaam’i Ahkam Al -Qur’an Juz 5/188 konsep bertetangga berdasarkan hadist hasan dari Mu’adz bin Jabal ra berkata, “Kami bertanya kepada Rasululloh ” Wahai Rasululloh apa hak tetangga itu? Rasululloh Saw. menjawab “Jika ia berhutang kepadamu maka berilah dirinya utang, jika ia meminta bantuan, bantulah ia, jika ia membutuhkan sesuatu, berilah ia, jika ia sakit maka kunjungilah, jika ia mati maka selenggarakanlah jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan bergembiralah dan ucapkanlah suka cita kepadanya, jika ia ditimpa musibah turutlah sedih dan berduka. Janganlah engkau menyakitinya dengan api periuk belangmu (maksudnya jika anda memasak jangan sampai baunya tercium tetangga kecuali engkau memberi sebagian kepadanya). Janganlah engkau mempertinggi bangunan rumahmu agar bisa melebihi rumahnya dan menghalangi masuknya angin kecuali atas izin darinya, jika engkau membeli buah-buahan maka berikan sebagian buah itu kepadanya. Jika engkau tidak mau memberinya maka masukanlah ia ke dalam rumahmu secara sembunyi-sembunyi, dan janganlah anakmu keluar dengan membawa satupun buah itu sehingga anaknya menginginkannya. Apabila kalian memahami apa yang aku katakan kepada kalian bahwa hak tetangga tidak akan pernah ditunaikan kecuali oleh sedikit orang yang dikasihi Allah”.
Hadis ini merupakan panduan kehidupan bertetangga yang harus dipahami dan dijalankan baik oleh individu maupun masyarakat. Maka jika aturan bertetangga ini dijalankan, tidak akan dijumpai kematian satu keluarga seperti yang terjadi di Kalideres. Mereka memahami hak dan kewajiban dalam bertetangga. Kemudian syariat bertetangga ini dipahami dan dijalankan baik oleh individu, masyarakat dan juga negara.
Kehidupan sosial masyarakat dalam Islam mencerminkan ayat Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (TQS Al Hujurat : 13)
Alhasil dalam sistem Islam hubungan sosial kemasyarakatan akan terjalin dengan baik baik dengan sesama muslim maupun dengan non muslim. Maka sudah saatnya sistem Islam diterapkan di tengah-tengah kehidupan ini, niscaya akan membawa kesejahteraan, keamanan dan keberkahan.
Wallohu’alam Bishowwab