Sekeluarga Ditemukan Tewas, Potret Minimnya Kepedulian Bermasyarakat?


Oleh: Nurhikmah, S. Pd
(Tim Pena Ideologis Maros)

 

Beberapa waktu lalu jagad maya dihebohkan dengan kasus kematian satu keluarga di Kalideres. Hal yang mengejutkan, kematian satu keluarga tersebut baru terungkap setelah tiga minggu ketika tercium bau busuk dari kediaman mereka

 

Keluarga tersebut beranggotakan empat orang, yakni Rudyanto Gunawan (71) sebagai suami, Reny Margarethan Gunawan (68) sebagai istri, Dian Febbyana (42) berstatus anak, serta Budyanto Gunawan (68) berstatus adik Rudyanto.

 

Hingga kini penyebab kematian mereka masih menjadi tanda tanya. Dugaan awal keempat korban tersebut mati akibat dehidrasi dan kelaparan. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, dimana ditemukan otot-otot korban telah mengecil sebagai tanda mereka tidak mengonsumsi makanan dan minuman dalam waktu lama.

 

Hanya saja dugaan ini masih menjadi teka-teki. Sebab di lain pihak baik dari keluarga maupun tetangga korban, mengakui bahwa keluarga tersebut tergolong berkecukupan dari segi ekonomi. Sehingga terasa aneh jika mereka meninggal akibat kekurangan makanan.

 

Kekinian berkembang isu baru terkait kematian keluarga tersebut yang diduga akibat mereka menganut paham tertentu, yakni apokaliptik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apokaliptik diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kehancuran dunia pada akhir zaman atau kiamat. (CNN Indonesia, 15/11/2022)

 

Meski begitu penyebab kepastiannya masih dalam proses penyelidikan, sebab disebutkan pula satu keluarga yang ditemukan meninggal tersebut termasuk orang yang tertutup sehingga problem yang terjadi dalam keluarga itu tidak diketahui pasti oleh pihak keluarga lain maupun tetangga mereka.

 

Namun hal yang penting, tragedi ini tentu menjadi hal yang sangat memilukan dan sepatutnya menjadi muhasabah. Jangka waktu terungkapnya kasus tersebut terbilang cukup lama, sehingga wajar jika spekulasi minimnya kepedulian dalam bertetangga itu muncul. Banyak netizan yang kemudian mengomentari tragedi ini sebagai bentuk kurangnya perhatian orang-orang di sekitar korban.

 

Sekularisme Melahirkan Individualisme?

Menyalahkan pihak tetangga atau keluarga lain atas tragedi di Kalideres tersebut memang tak bisa dibenarkan secara penuh. Hanya saja konsep kehidupan bermasyarakat dalam sistem sekuler kapitalis sedari awal memang telah mengikis rasa persaudaraan atau kepedulian antar sesama manusia.

 

Dalam pandangan sekularisme (konsep pemisahan agama dari kehidupan), masyarakat dianggap hanya sekumpulan individu-individu yang berkumpul dalam suatu wilayah tertentu, sehingga masalah dalam suatu masyarakat dianggap selesai jika masalah individu-individu bisa terselesaikan.

 

Alhasil pola hubungan bertetangga dalam kehidupan sosial masyarakat khususnya pada area perumahan modern cenderung individualis. Padahal masyarakat memiliki peran sebagai sosial control, bukan hanya dalam aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, tapi juga dalam hal tolong-menolong.

 

Di samping itu, kasus ini juga menggambarkan lemahnya peran pemimpin umat dalam memberikan kepedulian terhadap rakyatnya. Negara seolah semakin mendukung konsep hubungan individualistik di tengah masyarakat dengan pembangunan perumahan kapitalistik yang cenderung ekslusif.

 

Membangun Kepedulian Masyarakat dengan Konsep Islam

Berbeda dengan konsep sekuler kapitalis yang melahirkan hubungan individualistik, sistem islam justru melahirkan kepedulian antar bertetangga yang sangat kuat. Rasulullah SAW juga bahkan telah mencontohkan perhatian beliau kepada umatnya dalam kehadirannya sebagai pengurus urusan umat.

 

Perkara bertetangga dan bermasyarakat dalam sistem Islam bukan dipandang sebagai interaksi sosial yang manusia berkumpul satu dengan lain saja. Seorang mujtahid hebat, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitabnya, Nidzomul Islam pada bab Qiyadah Fikriyah menjelaskan pengertian masyarakat, bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang terikat oleh pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama yakni pada syariat Islam. Sehingga hubungan bertetangga dalam Islam terjalin atas dasar keimanan.

 

Allah SWT. berfirman.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya-mu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri“. [An-Nisaa/4 : 36]

 

Al-Imam Al-Qurthubi di dalam Al-Jami’ li ahkam Al-Qur’an (5/183) berkata : “Adapun tetangga, maka Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk memeliharanya, menunaikan haknya, dan berpesan untuk memelihara tanggungannya di dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya.

 

Hubungan sosial kemasyarakatan dapat terjalin dengan baik, hak dan kewajiban antar tetangga dapat terpelihara serta terealisasi bahkan meski berbeda keyakinan jika sistem Islam terterapkan secara kaffah (menyeluruh) dalam sebuah institusi negara yang disebut daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahu’alam Bisshawab

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis