20221023_135601

Oleh: Firda Umayah

 

Setyo Prambudi. Itulah nama siswa kelas 11 SMA dengan tubuh 173 cm dan kulit sawo matang. Tepat pukul 06.30 ia sudah siap berangkat sekolah.

 

Namun pagi itu, ia langsung keluar tanpa pamitan kepada bapak dan ibu. Padahal bapak Setyo sedang sarapan. Tapi Setyo mengabaikannya begitu saja.

 

Ada rasa kesal pada diri Setyo. Sebab keinginannya memiliki motor baru tak kunjung dituruti Bapak. Ia masih harus mengayuh sepeda tua untuk pergi ke sekolah atau ke tempat lain.

 

Di sekolah hari ini ada pelajaran bahasa Indonesia. Pak Fajar meminta muridnya untuk menuliskan sebuah surat yang ditujukan untuk ayah. Setyo bingung harus menulis apa. Sebab dalam benaknya tak nampak sosok ayah yang dapat ia banggakan.

 

Setyo semakin kesal. Selama ini ia menganggap bapak tak peduli dengannya. Ia bahkan jarang diajak Bapak untuk pergi keluar rumah. Setyo kehabisan waktu. Tugas menulis surat tinggal limabelas menit.

 

Pak Fajar yang mengetahui kegundahan Setyo, menghampiri dan menanyakan perihal kertas tugasnya yang masih kosong. Setyo hanya diam. Pak Fajar lalu memberikan mengijinkan Setyo untuk mengerjakan tugasnya sepulang sekolah di rumahnya.

 

Hari sekolah telah usai. Setyo pulang dengan sepeda kuno berwarna hitam. Ia iri melihat teman-temannya naik motor entah berboncengan ataukah sendirian. Dalam lisannya ia tak terima mengapa ditakdirkan dalam hidup miskin tak seperti yang lainnya.

 

Sesampainya di rumah, Ibu sudah menunggu di dapur sembari menyiapkan makan. Ibu meminta Setyo untuk shalat zuhur sebelum makan siang. Setyo pun menurut. Karena selama ini, ibunya selalu ada untuknya.

 

Di saat Setyo menyantap makanan, Ibu mengeluarkan sebuah kaleng biskuit yang ia kenal. Ia mengira bahwa Ibu akan memberikan biskuit kesukaannya. Namun Setyo salah. Rupanya kaleng biskuit itu berisi uang receh sisa Ibu menyisihkan uang belanja.

 

“Setyo sing sabar yo. Ibu sama Bapak lagi ngumpulin uang buat beliin motor Setyo,” kata ibu.

 

Setyo tak dapat berkata-kata. Ternyata selama ini, bapak dan ibunya berusaha mewujudkan keinginannya. Ibu lantas bercerita bahwa Bapak tidak lagi menjadi tukang bangunan. Karena kondisi Bapak yang sudah tua, dan di pecat.

 

Namun Bapak tak punya keahlian selain membangun rumah. Bapak Setyo lantas mencari pekerjaan baru. Namun pekerjaan itu menjadi kuli tukang bangunan. Sebuah pekerjaan dengan upah yang lebih murah dari sebelumnya.

 

Setyo pun terharu. Ternyata dalam diam, Bapak peduli padanya. Ibu melanjutkan ceritanya. Bahwa kasih sayang Bapak adalah bentuk pengorbanannya kepada keluarga. Bukan sekedar dalam ungkapan sayang dari lisan.

 

Setyo lantas menyelesaikan makannya dan pamit masuk kamar untuk mengerjakan tugas sekolah. Kini Setyo dapat menulis surat cinta untuk bapak. Dalam suratnya ia meminta maaf atas semua kesalahannya pada Bapak.

 

Sore hari pun tiba. Setyo tak sabar menunggu Bapak pulang. Namun, sudah satu jam lamanya bapak telat pulang. Cemas dengan kondisi bapak, Setyo menunggu Bapak di teras rumah. Tepat pukul setengah enam sore, seorang teman kerja Bapak datang ke rumahnya.

 

“Ibumu ada Setyo, Pak Anwar mau bicara sebentar,” ucap teman Bapak.

 

Setyo bergegas memanggil Ibu. Karena penasaran, Setyo menemani ibu untuk menemui pak Anwar. Pak Anwar mengabarkan bahwa bapak tak bisa pulang. Karena Bapak berada di rumah sakit.

 

Bapak Setyo mengalami kecelakaan kerja. Bapak jatuh dari lantai tiga tempat bapak bekerja. Sayangnya, nyawa bapak tidak selamat. Bapak Setyo meninggal saat perjalanan dibawa ke rumah sakit.

 

Ibu menangis dipelukan Setyo. Setyo sendiri merasakan lemas pada seluruh tubuhnya. Ia tak dapat membendung air matanya. Dalam tangisnya ia menyesal mengapa pagi tadi ia tak menyalami tangan Bapak. Ia juga menyesal mengapa ia tak meminta maaf atas rasa kesalnya pada Bapak.

 

Nasi sudah menjadi bubur. Menyesal pun tiada guna. Setyo sadar bahwa Bapak tak akan kembali. Namun ia terus memohon kepada Allah agar Allah mengampuni kesalahannya dan membimbingnya menjadi orang yang lebih baik. Setyo juga bertekad akan menjadi anak yang shalih bagi kedua orangtuanya. Menjadi penjaga untuk ibunya. Dan selalu mengantarkan doa agar Allah Swt mengampuni segala dosa Bapak.

(SN/LM)

Please follow and like us:

Tentang Penulis