Atasi Stunting, Gandeng Mitra Asing?

Oleh: Yulweri Vovi Safitria
Lensa Media News – Problem stunting bukanlah hal baru. Stunting atau gizi buruk terus menghantui anak-anak, calon generasi terbaik mendatang. Berbagai edukasi menangani stunting gencar dilakukan, namun stunting tetap menjadi momok yang menakutkan. Jumlah anak kekurangan gizi terus meningkat setiap tahunnya.
Seperti halnya di Kota Batam, Kepulauan Riau, angka stunting mencapai 3.356 dari total 55.720 anak, yaitu sekitar 6,02 persen. Angka tersebut paling rendah di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) maupun nasional.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad menargetkan angka stunting turun 16 persen dari jumlah kasus stunting di Batam. Aktivitas mengedukasi masyarakat dalam menangani stunting di Batam terus gencar dilakukan. Amsakar mengharapkan agar semua pihak terus berjibaku dalam menekan angka stunting. Wakil Wali Kota juga mengajak semua pihak untuk turun tangan mencegah sejak dini, agar angka stunting tidak terus bertambah. (batam.tribunnews.com, 25/03/2022)
Pemerintah Kota Batam pun membentuk 1.632 orang tim pendamping untuk mengedukasi dan memberikan pemahaman bahwa anak yang akan lahir harus dijaga. Tidak hanya itu, pemerintah melalui bapennas turut melibatkan perguruan tinggi dalam menangani stunting ini.
Gandeng Mitra Asing?
Tingginya angka stunting di Indonesia memunculkan ide untuk menggandeng mitra asing, seperti perusahaan swasta dan organisasi filantropi, yakni Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA).
Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menekan prevalensi stunting yang ditargetkan turun hingga 14 persen pada tahun 2024 mendatang. Acara ini dihadiri pula oleh Amerika Serikat melalui United States Agency for International Development (USAID) di Auditorium BKKBN Jakarta pada Jumat (23/09/2022).
Kepala BKKBN, dokter Hasto mengatakan bahwa upaya tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar seluruh lapisan masyarakat saling bekerja sama untuk menciptakan generasi unggul untuk mewujudkan Indonesia Maju. Dokter Hasto juga menjelaskan bahwa stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan. Pasalnya, dampak dari stunting dapat memengaruhi kemampuan intelektual yang di bawah standar.
Dibayangi Asing
Terlibatnya pihak asing dalam berbagai program di tanah air tentunya bukan hal baru. Dari zaman dulu hingga sekarang, mulai dari pembangunan infrastuktur, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam, kesehatan, hingga stunting tidak luput pula dari campur tangan asing.
Seolah-olah tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri. Alhasil, semakin hari seolah semakin tergantung kepada asing. Sementara itu berbagai masalah tak kunjung menemukan solusi, melainkan makin runyam dan rumit.
Bagaimana mungkin bebas stunting, sementara akar masalahnya yaitu kemiskinan dan tingginya harga-harga, tidak tersentuh sama sekali.
Meskipun masyarakat telah diedukasi agar terhindar dari stunting, namun mereka dengan kategori rakyat miskin tetap saja tidak mampu mengakses makanan bergizi.
Penerapan Sistem Islam
Melansir dari World Health Organization (WHO), penyebab stunting adalah karena rendahnya akses pada makanan bergizi, kurangnya akses fasilitas kesehatan, kesulitan akses air bersih atau tempat tinggal yang tidak bersih, serta pola asuh yang keliru.
Jika melihat empat faktor di atas, maka seharusnya yang diselesaikan adalah empat hal tersebut.  Namun, alih-alih menyelesaikan masalah, pemerintah justru seolah berlepas tangan dengan menyerahkan urusan tersebut kepada individu dan pihak swasta.
Hal ini tentu saja tidak mengherankan, mengingat aturan yang diterapkan bukanlah bersumber dari Islam. Melainkan sistem kapitalisme, yang mana negara memosisikan diri sebagai regulator, sementara pemenuhan kebutuhan masyarakat diserahkan kepada swasta. Oleh sebab itu, solusi stunting harus diputus dari akarnya. Sebab persoalan stunting bukan sebatas kurang gizi, melainkan persoalan sistem yang diterapkan.
Solusi stunting tidak cukup dengan edukasi perbaikan gizi, jika masyarakat tidak mampu mendapatkan makanan yang bernutrisi karena kemiskinan. Solusi stunting tidak cukup dengan edukasi dan sosialisasi akan bahaya stunting untuk generasi saja. Pun, stunting tidak begitu saja selesai dengan sosialisasi dan seminar mencegah stunting agar ibu memberikan pola pengasuhan yang benar.
Penyelesaian stunting butuh solusi final dengan menerapkan aturan Islam secara kafah. Negara memosisikan diri sebagai pelayan rakyat yang bertugas mengurusi umat. Pemerintah Islam menjamin kesejahteraan hidup bagi seluruh rakyatnya, termasuk menjamin akses makanan bergizi, memudahkan rakyat dalam mengakses fasilitas kesehatan, tempat tinggal yang memadai, serta mendapatkan pekerjaan yang layak bagi laki-laki.
Wallahu a’lam bishshawab.

[LM/Ah]

Please follow and like us:

Tentang Penulis