Bandara Terbengkalai, Ulah Sistem Lalai
Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
LenSaMediaNews.com – Pembangunan infrastruktur terus digiatkan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada masa ini, begitu gencar pembangunan jalan tol yang bertajuk “trans-kota” demi mempersingkat perjalanan. Ternyata tak hanya jalan tol. Infrastruktur yang kini juga digalakkan pembangunannya adalah pembangunan bandara-bandara (cnbcindonesia.com,19/9/2022). Ironisnya, bandara-bandara tersebut kini mati suri, sepi penumpang, bahkan tak ada jadwal penerbangan. Diantaranya bandara Kertajati-Majalengka, JB Soedirman-Purbalingga, Ngloram-Blora, dan Wiriadinata, Tasikmalaya (cnbcindonesia.com, 19/9/2022).
Tak hanya itu, ternyata pemerintah pun masih berencana untuk merampungkan 10 bandara baru. Demikian tutur Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan, Nur Isnin Istiarto (finance.detik.com, 18/9/2022). Tentu, pembangunan bandara-bandara ini memakan biaya tak sedikit. Bahkan dikatakan memakan biaya jumbo yang diperoleh dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)(katadata.co.id, 16/9/2022).
Bukankah ini pemborosan yang luar biasa? Di tengah rakyat yang nelangsa, karena segala kebutuhan meroket tak terkira.
Yan A. Harahap, Deputi Strategi dan Kebijakan Balitbang DPP Partai Demokrat, mengungkapkan bahwa proyek mercusuar digeber demi pencitraan politik, agar terlihat hebat. Pada akhirnya yang dibangun pun tak berguna. Demikian cuitannya dalam akun twitter @YanHarahap (19/9/2022).
Pembangunan infrastruktur yang begitu gencar, digadang-gadang sebagai pembuktian pada dunia bahwa negara kita adalah negara yang luar biasa. Faktanya ternyata “nol besar”. Segala pembiayaan pembangunan infrastruktur justru malah membebani negara dengan jumlah utang yang terus membengkak. Sementara kebutuhan pokok rakyat tergadaikan. Inilah wajah sistem yang rusak. Melalaikan tugas pokoknya sebagai pengurus rakyat.
Rusaknya sistem kapitalisme radikal yang berbasis liberalistik benar-benar menyengsarakan rakyat. Bagaimana tidak? Rakyat yang seharusnya diurus segala kebutuhan hidupnya oleh negara, termasuk sandang, pangan, papan, kesehatan bahkan pendidikannya. Kini malah terabaikan. Karena mengutamakan pembangunan infrastruktur, yang sebetulnya bukan kebutuhan primer rakyat. Memprihatinkan. Ironisnya lagi, rakyat juga yang menanggung beratnya utang negara. Inilah kecurangan yang luar biasa.
Jelaslah, bahwa sistem hari ini, yang digunakan dalam pengaturan kehidupan adalah sistem yang destruktif. Merusak segala segi kehidupan. Rakyat yang seharusnya menjadi prioritas utama, justru malah tersingkirkan.
Islam, memposisikan kebutuhan rakyat sebagai prioritas utama. Dengan pengaturan yang adil dan amanah. Pengaturan yang sesuai syariat yang telah Allah SWT. tetapkan. Tak ada alasan apapun untuk menolak syariat. Karena sungguh, syariat-lah, satu-satunya solusi yang menyelesaikan segala masalah yang kini tengah menimpa umat.
Sabda Rasullullah SAW, “Kepala negara adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Tak perlu diragukan lagi, sistem Islam-lah, satu-satunya sistem yang melepaskan rakyat dari segala penderitaan. Sistem Islam dalam penerapan yang menyeluruh. Demi tercapainya kesejahteraan umat. Dalam bingkai institusi Khilafah manhaj An Nubuwwah. Sesuai yang diteladani Rasulullah SAW.
Wallahu a’lam bisshowwab.
[AAH/LM]