Promosi Kaum Pelangi, Bukti Nyatanya Sekulerisasi

Oleh : Yuke Octavianty

(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)

 

LenSa Media News – Kaum pelangi makin berani menunjukkan jati dirinya. Penyimpangan yang jelas-jelas menyalahi kodrat sebagai manusia, justru malah mereka banggakan. Promosi pun terus digalakkan. Terlebih saat ada pihak yang memberikan ruang pada mereka untuk unjuk gigi. 

 

Tengah hangat diperbincangkan publik mengenai tayangan podcast Deddy Corbuzier di Youtube, yang mengundang pasangan gay, Ragil Mahardika dan Frederik Vollert (sindonews.com, 9/5/2022). Tayangan tersebut seolah mempromosikan pelegalan hubungan sesama jenis. Tentu hal ini menuai kritikan masyarakat. Karena tema tersebut tak pantas diangkat di Indonesia, yang kental dengan adat ketimuran dan norma agama (liputan6.com, 9/5/2022).

 

Salah satu kritikan datang dari Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia), Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Cholil Nafis (tvonenews.com, 10/5/2022). KH. Cholil mengungkapkan bahwa perilaku LGBT adalah perilaku yang tidak normal yang harus diobati bukan dibiarkan dengan dalih toleransi.

 

Senada dengan KH. Cholil Nafis,  Ustadz Felix Siauw pun mengomentari fenomena ini. Ustadz Felix mengecam tindakan Deddy Corbuzier yang menyajikan tayangan buruk untuk publik. Beliau mengungkapkan kemaksiatan yang dipromosikan terang-terangan harus diingatkan dengan terang-terangan juga. Apalagi judul yang digunakan sangat provokatif (suara.com, 9/5/2022).

 

Kecaman dan kritikan tak bisa efektif menghentikan segala penyimpangan. Negara harus turun tangan membuat regulasi tegas untuk menindaknya. Namun kini, negara tampak tak serius menangani segala ketaknormalan ini. Karena sekulerisasi yang membatasi segala aturan. Aturan agama hanya terbatas masalah ibadah saja. Masalah umat dikembalikan lagi kepada umat. Inilah pangkal kekacauan yang kini tengah terjadi. Seharusnya negara menjadi penindak tegas karena akhlak dan akidah umat adalah urusan negara yang sangat krusial.

 

Panggung yang disediakan bagi para “penyimpang” sesungguhnya adalah hasil dari pemikiran sekuler yang sudah kelewat batas. Pemikiran yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, yaitu sekulerisme, benar-benar telah menyesatkan umat. Generasi yang kian jauh dari syariat Islam, semakin jauh juga dari layaknya kehidupan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kehidupan yang dipenuhi berbagai penyimpangan, yang kini terjadi, sebagai bukti bahwa sekulerisasi makin liar mengular dalam pemikiran umat. Tentu saja hal ini sangat berbahaya. Karena dapat mendatangkan azab. 

 

Kisah perilaku menyimpang kaum Sodom, yang menyukai sesama jenis, menghantarkan mereka pada adzab Allah SWT. yang dahsyat. 

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya,

 

Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkir-balikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar,” (QS. Hud: 82)

 

Kisah kaum Sodom diabadikan dalam Al Qur’an agar manusia dapat mengambil hikmah dan tidak mengulanginya di kemudian hari.

 

Namun, apa yang terjadi dengan umat hari ini?

 

Pengulangan kisah hanya akan menimbulkan masalah. Bukankah kita harus segera muhasabah?

 

 Karena adzab tak hanya menimpa para pendosa, namun seluruh umat. Inilah fungsi amar ma’ruf nahi mungkar. Agar para penyimpang kembali ke jalan yang benar. Dan dapat menyadari segala kesalahan yang diperbuatnya.

 

Sebagai muslim, seharusnya kita cerdas mengambil pelajaran dari kaum-kaum terdahulu. Syariat Islam-lah satu-satunya petunjuk menuju rahmat Allah Ta ‘Ala. Hanya syariat Islam yang dapat melindungi umat dari segala bentuk kezaliman. Syariat Islam dalam wadah institusi yang khas, Khilafah minhaj An Nubuwwah. Sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Wallahu a’lam bisshowwab. (RA)

Please follow and like us:

Tentang Penulis