Dosen Sosiologi Ungkap Irasionalitas Era Modern di Insight PKAD #128
Reportase – PKAD—Spirit doll atau boneka arwah tengah tren di kalangan para artis. Merespon fenomena ini, dosen Sosiologi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abdus Sair mengemukakan topik ini menarik dan juga menggoda.
“Karena saya sebagai dosen maka sudut pandang saya dari sudut pandang ilmiah.” Ungkapnya dalam live diskusi Insight ke-128 Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD): Boneka Arwah, Sesajen dan Kejahiliyahan Modern. Ada apa ini? Senin (17/01/2022) di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
Terlebih dahulu beliau menjelaskan apa itu sesajen. Sajian bahasa lain dari kita adalah suguhan. Sesajen identik sekali dengan kebudayaan lama, kebudayaan Jawa lama, terutama yang berhubungan dengan Hindu dan Budha.
“Tetapi sesajen itu sebetulnya bagian dari kebudayaan sebelum agama-agama formal datang, walaupun bentuk dan sesajennya berbeda-beda. Jadi pemahaman Tuhannya digeser tetapi kebiasaan dan kebudayaannya itu tetap diakomodir dengan sesajen tersebut,”jelasnya.
“Nah kapasitas saya menjelaskan realitas ini. Saya tidak punya kapasitas untuk menyampaikan apakah ini haram atau halal. Saya cuma mau menjelaskan realitas sosialnya dari kacamata sosiologi” tegasnya.
Boneka arwah adalah contoh nyata era sekarang di Indonesia, yang sebenarnya diimpor dari Barat. Dan anehnya orang-orang yang mampu membeli spirit doll itu adalah para artis. Orang yang selama ini tidak punya “hutang”, yang duitnya melimpah dan banyak.
“Tetapi ia membeli barang ini untuk kepentingan-kepentingan yang menurut kita itu tidak masuk akal, namun bagi mereka itu masuk akal. Karena dengan spirit doll dia menganggap dirinya akan bisa menghadirkan spirit (dorongan/cahaya), akan mendatangkan limpahan rezeki yang melimpah. Begitu narasi yang kemudian dimunculkan,”imbuhnya.
Abdus menganggap fenomena para artis atau orang-orang yang di anggap kaya, pengusaha besar, yang memiliki spirit doll itu adalah bentuk dari fenomena irrasionalitas di era modern hari ini. Walaupun tidak semua orang melakukan itu tetapi itu adalah contoh nyata di dalam kehidupan kita setiap hari.
(Hanif Kristianto, Analisis Politik dan Media).
[ry/LM]