Krisis Kazakhstan, Waspadai Potensi Intervensi Asing
Oleh : Ummu Khielba
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Lensa Media News – Kazakhstan sering di sebut sebagai Virgin lands, karena beberapa wilayahnya belum tersentuh sama sekali. Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia, terutama di sebelah utara dan barat. Di sebelah timur, berbatasan langsung dengan Republik Rakyat Tiongkok (provinsi Xinjiang). Di sebelah selatan berbatasan dengan Uzbekistan, Turkmenistan, Kirgistan dan Laut Kaspia. Di negara ini banyak terdapat etnis Rusia. Tempat peluncuran roket luar angkasa Rusia, Baikonur, juga terletak di Kazakhstan.
Kazakhstan merupakan produsen uranium global teratas sebagai bahan bakar tenaga nuklir, pengekspor minyak terbesar kesembilan di dunia, produsen batubara terbesar ke 10, penambang bitcoin terbesar kedua setalah AS.
Melansir dari CNN Indonesia, 9/1/22. Kazakhstan berada dalam kekacauan usai ribuan orang turun ke jalan. Pemerintah sempat menurunkan harga LPG, namun para pengunjuk rasa tak puas dengan penurunan harga tersebut. Tuntutan mereka meluas, mulai dari kekecewaan terhadap pemerintah karena dianggap otoriter, marak korupsi, hingga kesenjangan sosial-ekonomi.
Krisis di Kazakhstan dipicu oleh kenaikan harga gas. Nur-Sultan dari KBRI melaporkan bahwa pemerintah Kazakhstan menerapkan keadaan darurat nasional dan jam malam akibat kerusuhan ini. Unjuk rasa memanas pada pekan ini di dua kota utama Kazakhstan: Nur-Sultan dan Almati. Akibatnya, perdana Menteri Askar Mamin akhirnya mundur dan kabinet bubar. (Liputan6.com, 7/1/2022)
Lalu apa penyebab terjadinya protes di kota Almaty? Yaitu karena kenaikan harga gas bumi lokal yang merupakan bahan baku bahan bakar. Pemerintah Kazakhstan mencabut subsidi mulai 1 Januari 2022. Akibatnya harga bahan bakar melambung, warga tak sanggup membeli, dan pecahlah aksi protes yang dimulai di provinsi Mangistau pada Minggu, 2 Januari 2022 .
Krisis Kazakhstan bisa kita analisa secara skala mikro dan skala makro. Apa penyebab skala mikronya? Krisis ini memberikan sinyal adanya salah urus terkait dengan kepemilikan umum (energi/minyak) akibat monopoli dan dominasi rezim sekuler sebelumnya. Krisis ini membuka kebobrokan persekongkolan asing dalam mengeruk kekayaan rakyat. Krisis di negeri-negeri Muslim dipicu kondisi buruk ekonomi akibat praktik kapitalisme oligarki. Sikap represif rezim menghadapi frustrasi rakyat menegaskan bahwa sistem politik demokrasi tidak mengakomodir aspirasi rakyat dan melahirkan rezim otoriter.
Sementara untuk skala makronya, melihat potensi besar Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia di negeri-negeri muslim ini. Maka Rusia, China dan Amerika sudah menawarkan diri dan masuk mengintervensi. Di mana ada sumber energi disitu ada intervensi. Waspadalah, negeri muslim Kazakhstan hanya akan jatuh pada krisis lanjutan bila menuruti rekomendasi asing.
Sepatutnya Kazakhstan merangkul Islam sebagai solusi dan mengimplementasikannya secara kaffah bukan orang-orang kafir. Allah berfirman dalam Qs An Nisa : 141. Artinya :
“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”
Krisis Kazakhstan juga berimplikasi secara politik dunia dengan solusi Islam Kaffah. Syaratnya jika diterapkan secara sistemik. yakni adanya :
1. Penguatan peran gerakan politik Islam ideologis dalam perubahan sistemik di kawasan Asia tengah (termasuk Kazakhstan)
2.Khilafah akan mengelola kepemilikan umum (energi/minyak/gas) sesuai syariah Islam dan dikembalikan kepada kesejahteraan masyarakat
3. Khilafah akan menghalau pengaruh asing, khususnya negara kafir dan memandirikan posisinya sebagai adidaya dalam konstelasi internasional.
Sistem Islam lah yang mampu mengatasi semua krisis kaum muslimin. Masih berharapkah pada sistem yang melahirkan krisis tiada akhir dan melahirkan carut marut problematika ummat?
Wallahu a’lam bisshawab
[LM]