Bencana Di Indonesia, Kepemimpinan Kapitalisme Penyebabnya

Oleh: Widya Rahayu
(Lingkar Studi Muslimah Bali)

 

Lensamedianews.com– Bencana di Negeri Indonesia tak kunjung usai. Mulai dari tsunami, gunung meletus, banjir bandang, kebakaran hutan hingga gempa bumi yang beruntun terjadi. Dimana peran pemimpin negara? Rakyat berduka, menderita dan butuh pemimpin luar biasa.

Saat ini Indonesia benar-benar di landa bencana. Belum selesai bencana banjir berkepanjangan di berbagai daerah, kini Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa pun “muntah”. Dikutip dari okezone.com, Senin pukul 08.55 WIB kemarin, 6 Desember 2021, Semeru bahkan sudah erupsi untuk kedua kalinya. Meski secara visual tidak teramati, tetapi erupsi tercatat oleh alat Seismograf milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Gunung Semeru, tertinggi di Jawa Timur, terletak di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur, erupsi. Mengeluarkan guguran awan panas pada Sabtu, sekitar pukul 15.00 WIB (4/12/2021). Guguran tersebut mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Supit Utang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan data sementara, per Minggu malam (5/12/2021), sebanyak 14 orang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru. Sebanyak 5 ribu jiwa di 10 kecamatan terdampak. Mereka merasakan awan panas guguran maupun abu vulkanik (Republika.co.id, 5/12/2021).

Adapun korban meninggal juga terus bertambah, yakni mencapai 22 orang, 6 di antaranya belum teridentifikasi. Sementara yang luka ada 54 orang, rata-rata terkena luka bakar. Angka ini kemungkinan terus bertambah berhubung pencarian masih berjalan.

 

Buruknya Kepemimpinan Kapitalisme

Di sini pentingnya mitigasi untuk upaya antisipasi bencana. Meskipun bencana termasuk ketetapan Allah yang tidak dapat dipastikan kedatangannya, setidaknya manusia dapat memperkirakan dan memiliki alarm pertama menghadapi bencana alam.

Mitigasi sendiri diartikan sebagai serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik ataupun penyadaran, serta peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana (PP 21/2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Begitulah, sistem demokrasi kapitalistik, jangankan harta benda, nyawa pun banyak yang tidak terselamatkan. Puluhan korban jiwa, termasuk anak-anak dan korban luka bakar serius, menjadi cerita yang kembali berulang saat gunung meletus. Banyaknya korban yang belum ditemukan juga menjadi catatan kelam evakuasi korban bencana.

Pasalnya, mitigasi yang buruk bukan terjadi kali ini saja, hampir setiap bencana selalu menelan banyak korban jiwa dan pemerintah terlihat kewalahan dalam penanganannya. Padahal, andai penguasa sangat memperhatikan keselamatan warga, hal penting seperti EWS (Early Warning System’) tidak akan pernah luput diupayakan. Begitu pun evakuasi yang terkesan seadanya dan tempat penampungan yang jauh dari kata layak, seyogianya tidak lagi terulang.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mengatakan, selama ini tidak ada Early Warning System (EWS) di Desa Curah Kobokan. Padahal, alat tersebut penting untuk mendeteksi peringatan dini bencana. Hanya ada seismometer, itu pun di daerah Dusun Kamar A yang berfungsi sekadar memantau pergerakan air dari atas agar bisa sampai ke penambang di bawah (Tribunnews.com, 5/12/2021).

Padahal sudah kewajiban penguasa mengerahkan segala daya untuk melakukan berbagai hal demi mencegah bencana, sekaligus menghindarkan masyarakat dari risiko bencana. Di antaranya dengan cara menerapkan aturan dan kebijakan yang tidak merusak lingkungan atau yang bisa mengundang azab Allah, seperti zina dan riba.

 

Kepemimpinan dalam Islam

Hanya sistem kepemimpinan Islam yang mampu menyelesaikan problematika umat seperti adanya bencana dengan solusi yang mendasar dan tuntas. Mulai dari pondasi negara dan kepemimpinan yang lurus, yakni berlandaskan tauhid, kemudian ditopang oleh penerapan syariat Islam kafah.

Inilah yang akan menjadi pintu pembuka bagi datangnya rida Allah Swt. sekaligus kebaikan hidup yang dirasakan oleh semua. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, Yang artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf: 96).

Dengan demikian, sudah saatnya umat bersegera mewujudkan kepemimpinan Islam. Hal ini tentu mulai dari aktivitas dakwah pemikiran yang bertarget memahamkan umat secara benar dan komprehensif tentang akidah dan hukum-hukum Islam. Solusi yang tidak hanya menyelamatkan mereka dari bencana di dunia, tetapi juga bencana yang lebih berat di akhirat. Wallahualam. [LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis