Pengelolaan Wabah dengan Kapitalisme: Bencana bagi Umat
Oleh: Anisah Rahmawati,
(Pegiat Dakwah, Praktisi Kesehatan)
Lensa Media News – Sejak awal strategi pengelolaan wabah yang digunakan adalah pemikiran-pemikiran penanggulangan khas kapitalisme, yakni strategi-strategi yang senantiasa menempatkan pengamanan ekonomi segelintir orang di tempat yang tertinggi dibanding urusan yang lain. Bahkan pada urusan penyelamatan nyawa rakyat. Kita ketahui bersama bahwa strategi-strategi yang digunakan dalam penanganan pemerintah merupakan strategi yang tidak fokus pada sumber masalah, yakni karakter wabah sebagai penyakit menular. Dan lebih parah strategi yang diambil adalah strategi yang justru kontradiktif dengan prinsip penanganan wabah, yakni lokalisasi sumber penularan, putus rantai penularan, lindungi kelompok rentan. Sehingga sangat wajar tatkala strategi-strategi tersebut tidak direvisi dan diganti, wabah itu terus berputar, meluas, dan pastinya pandemi ini tak kunjung usai.
Salah satu pakar ekonomi, Faisal Basri juga mengkritisi bahwa sejak awal pemerintah tidak fokus pada masalah kesehatan yang ada, namun justru lebih berat ke dampak ekonomi. Menurut Faisal bahwa strategi penanganan Covid-19 di Indonesia terlalu bertumpu ke sektor ekonomi saja, sedangkan penanganan pada virus itu sendiri belum dilaksanakan secara maksimal. Epidemiolog UI, Pandu Riono juga sejak awal mengkritisi bahwa penanganan Covid-19 ini tidak terkoordinir dengan baik.
Memang sangat terlihat bagaimana pemerintah lebih dominan memperhatikan dampak-dampak ekonomi. Memperhatikan kondisi-kondisi ekonomi dalam mengambil kebijakan, khususnya kebijakan penanganan Covid-19 ini. Hal ini bisa dilihat dari struktur tim kerja yang dibentuk, ataupun luaran-luaran kebijakannya. Dan pertimbangan ekonomi yang ada sejatinya tidak mengarah kepada perhatian nasib ekonomi satu per satu warga. Namun, justru kepentingan ekonomi segelintir pengusaha yang acapkali tidak memperhatikan atau bahkan mengabaikan kondisi ekonomi rakyat dan kondisi keselamatan rakyat.
Hal ini sangat khas sebagai pancaran dari cara berpikir ala kapitalistik dalam pengelolaan negara. Yakni menjadikan pertimbangan ekonomi sebagai pertimbangan utama dalam menjalankan negara atau sering disebut dengan istilah economy drives politic (kepentingan ekonomi yang men-drive /mengarahkan) kebijakan politik yang diambil negara. Cara berpikir ini adalah cara berpikir yang bertentangan dengan Islam. Dimana pemikiran politik menjadi pemikiran tertinggi yang mengarahkan pemikiran-pemikiran yang lain termasuk pemikiran ekonominya.
Pengadopsian pemikiran kapitalisme dalam perkara politik dan ekonomi merupakan bencana paling parah yang memalingkan kaum muslimin sekaligus memberi bala paling parah yang diderita kaum muslimin (An Nabhani dalam Sistem ekonomi Islam bab Pendahuluan, 2010). Realitas ini nyata sekali kita temui dalam pengelolaan umat dalam menghadapi wabah ini. Persoalan wabah semakin kompleks dan penderitaan umat sangat luar biasa dalam kondisi pandemi ini.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]