Rakyat Ketar Ketir, Wakilnya Tetap Tajir Melintir
Heboh. Gaji anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendadak menjadi topik perbincangan setelah penyanyi yang juga anggota dewan, Krisdayanti alias KD blak-blakan bicara soal pendapatan yang ia terima sebagai wakil rakyat. Tak main-main jumlahnya mencapai ratusan juta. Hal itu ia ungkapkan dalam kanal youtube Akbar Faisal Unsencored (Detiknews.com 14/09/2021).
Sontak saja, pernyataan tersebut viral di dunia maya serta membuat publik gaduh. Sejumlah anggota dewan lainnya pun ikut bereaksi. Hendrawan Supratikno, menyebut anggota DPR memiliki beberapa sumber pendapatan. Selain gaji dan tunjangan, sumber pendapatan lainnya adalah dana reses dan kunjungan kerja (kunker). Jika merujuk pada keterangan KD, yang masuk ke kantong anggota DPR hanyalah gaji dan tunjangan anggota DPR, yang jika dijumlahkan mencapai sekitar Rp 60 juta. Belum lagi, dipotong untuk iuran fraksi (Detiknews.com 14/09). Sementara itu, Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR Habiburokhman sebetulnya membenarkan pengakuan Krisdayanti. Namun, menurut MKD ada hal yang perlu diperjelas agar publik tidak beranggapan buruk.
Begitulah realitas antara rakyat dan para wakilnya yang duduk ditampuk kekuasaan. Sungguh terdapat jarak menganga lebar. Di saat rakyat sedang berjuang bertahan hidup di tengah badai pandemi. Anggota dewan justru tetap menikmati gaji dan fasilitas mewah nan fantastis. Hendaknya, dengan gaji dan tunjangan selangit para anggota DPR lebih memperhatikan nasib rakyat kecil. Tidak mengeluarkan kebijakan yang merugikan rakyat, menguntungkan para konglomerat.
Namun, tampaknya semua itu kian jauh panggang dari api. Sebab, sejatinya dalam sistem kehidupan sekuler standar kebahagiaan dan motivasi tertinggi seseorang adalah materi. Termasuk tujuan meraih kekuasaan adalah untuk mengumpulkan harta dan berlomba meraup aset sebanyak mungkin demi membangun dinasti kekuasaan. Tentu tak ada waktu untuk mengurusi rakyat secara tulus dan totalitas.
Sangat berbeda dengan sistem yang pernah tegak berabad lamanya. Aturannya bersumber dari Sang Pencipta menutup celah ketamakan manusia terhadap harta. Dimana, penguasa tak diberikan gaji, mereka hanya diberikan santunan sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi sangat amanah dalam tugas karena takut akan ancaman Allah Swt: ” Siapa yang diamanahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan dapat merasakan bau surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam bisshowwab.
Teti Ummu Alif
(Kendari, Sulawesi Tenggara)
[hw/LM]