Childfree: Kesalahan dalam Berekspektasi

Oleh: Cahyani Alfianti Islamiyah

 

Lensamedianews.com-Childfree, topik yang sedang menjadi buah bibir di masyarakat lantaran pendapat salah seorang Youtuber tanah air, Gita savitri. Gita yang mengemukakan pendapatnya melalui akun media sosial miliknya kepada warganet soal pilihan hidupnya untuk childfree menuai banyak pro dan kontra di kalangan publik.

“Di kamus hidup gue, “tiba-tiba dikasih” is very unlikely. IMO lebih gampang ga punya anak dari pada punya anak. Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya,” ujar Gita saat menjawab pertanyaan warganet beberapa waktu lalu (Tribunnews,20/08/21).

Childfree adalah keputusan yang diambil seseorang untuk tidak memiliki anak setelah mereka menikah atau bahkan tidak berusaha untuk hamil secara alami ataupun berencana mengadopsi anak. Samanta Elsener, psikolog anak dan keluarga, mengatakan terdapat beberapa faktor yang membuat pasangan suami-istri memilih untuk tidak memiliki anak (childfree/voluntary childlessness).

“Banyak faktor (dari pasangan) sehingga memutuskan childfree, di antaranya adalah finansial yang dirasa belum mumpuni untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, ada penyakit bawaan atau kronis, kesiapan menjadi orang tua, informasi atau wawasan seputar pernikahan dan membentuk keluarga yang simpang siur, trauma masa kecil, dan lainnya,” kata Samanta (Suara Surabaya, 23/08/21).

Begitu gamblang pernyataan tersebut disampaikan, sehingga memicu pemahaman-pemahaman baru di masyarakat. Namun jika kita tarik benang merah, pendapat ini merupakan buah pemikiran dari kelompok feminisme untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial.

Walaupun kelompok ini tidak begitu tampak di masyarakat, nyatanya pemegang paham feminisme masih terus jor-joran menyuarakan pemikiran mereka mengenai kesetaraan gender, bahwa wanita harus memiliki otoritas terhadap tubunya sendiri melalui banyak simbol dan pemikiran.

Kesalahan pemikiran ini terjadi akibat pemahaman sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan. Sehingga minimnya keyakinan atas jaminan dari Allah Swt. Sang Pencipta sekaligus Pengatur kehidupan atas takdir yang telah diberikan. Lantas bagaimana Islam menanggapinya?

Islam adalah agama yang sempurna, realistis dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam memiliki pengaturan hidup yang sangat kompleks, karena dibuat langsung oleh Sang Pencipta. Terutama dalam menjelaskan kodrat dan kemuliaan seorang wanita. Bahkan Allah Swt. menurukan satu surat yang khusus membahas tentang wanita, yaitu An-Nisa’. Begitu pula dalam membahas pernikahan, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan.

Pemahaman tentang childfree jelas merupakan kesalahan dalam berpikir dan menyalahi fitrah sebagai manusia terutama perempuan. Allah meciptakan Rahim bagi setiap perempuan dari nama-Nya Rahim yang artinya kasih sayang. Rasa sakit yang menggugurkan dosa ketika melahirkan dan jaminan mati syahid jika meninggal saat melahirkan menjadi jaminan bagi para wanita.

Jika memiliki anak merupakan ketakutan akan rezeki, merupakan pemikiran yang tidak berdasar karena Allah menjamin rezeki bagi setiap hamba-Nya bahkan pada seekor lalat sekalipun. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (30). Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar (31).” (TQS Al-Isra [17]: 30-31)

Sempitnya pemahaman akan Islam, menjadikan ketakutan-ketakutan tidak berdasar terutama masalah rezeki. Sehingga penting bagi kita unuk mengkaji ilmu Islam, agar tidak terbawa arus yang salah dengan ketakutan yang sebenarnya tidaklah nyata. Dengan Islam hidup menjadi lebih tenang karena takdir Allah adalah yang terbaik bagi kita seorang muslim. Wallahu a’lam bish-shawab. [LM/Mi]

Please follow and like us:

Tentang Penulis