Ramadan Penuh Duka di Tanah Palestina

Oleh: Kunthi Mandasari

Pegiat Literasi

 

Lensa Media News – Bulan Ramadan menjadi bulan yang dinantikan oleh kaum muslim di seluruh dunia, tak terkecuali oleh penduduk Palestina. Sayangnya euforia yang tercipta kala menyambut bulan Ramadhan harus sirna berganti dengan nestapa. Kala kekhusyukan yang tercipta dirusak secara paksa oleh zionis Israel.

Media Palestina melaporkan pada Jumat pagi bahwa tentara Israel melancarkan serangan artileri dan udara di Jalur Gaza. Kantor berita Palestina, Shahab, melaporkan, unit artileri tentara pendudukan di Yerusalem telah menargetkan area di timur, Jahr al-Dik. Tentara Israel juga menyerang “Wilayah Timur” di timur Kota Gaza (konfirmasitimes.com, 16/04/2021).

Penyerangan demi penyerangan terus dilakukan. Bahkan tanpa mengindahkan kemuliaan bulan Ramadhan. Israel secara demonstratif mengganggu kekhusyukan beribadah kaum Muslim dengan mengebom jalur Gaza. Tindakan ini tak lain untuk memancing serangan balik dari Hamas.

Tak cukup sampai di situ, pasukan keamanan Israel dengan sengaja memutus pasokan listrik ke menara utama Masjid Al-Aqsa untuk menghalangi azan dikumandangkan dengan pengeras suara. Administrator masjid mengatakan pasukan Israel pada hari Rabu menyabotase kunci pintu di empat menara Masjid Al-Aqsa dalam upaya untuk membungkam azan (internasional.sindonews.com, 16/04/2021). Sontak tindakan ini memicu kecaman dari otoritas Palestina.

Mengingat kehidupan warga Palestina sudah memprihatinkan sebelum penyerangan kembali terjadi. Dikutip dari Republika.co.id, 14 April 2021, warga Palestina harus hidup di dalam bayang-bayang kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh blokade Israel selama 15 tahun ini. Baik yang dilakukan melalui jalur darat, laut maupun udara. Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tingkat pengangguran di Jalur Gaza hampir mencapai 50 persen dari sekitar 2,1 juta populasinya.

Selain itu, pandemi virus Corona kian memperparah perekonomian di wilayah tersebut. Pada awal Maret, Gaza mengkonfirmasi kasus harian virus Corona sekitar 200 infeksi. Menurut data Kementerian Kesehatan, wilayah Palestina telah melaporkan lebih dari 81 ribu infeksi, dengan 677 kematian.

Kondisi jalur Gaza kian memprihatinkan karena sistem kesehatan yang ada dalam kondisi sulit akibat blokade Israel. Bahkan selama pandemi Covid-19, sistem kesehatan Palestina berada di ambang kehancuran karena kekurangan obat-obatan dan peralatan. Salah satu warga menuturkan harapannya akan adanya bantuan dari negara-negara Muslim untuk rakyat Palestina.

Terpilihnya Joe Biden sebagai presiden AS digadang-gadang mampu membawa angin perubahan bagi Timur Tengah, terutama Palestina. Namun sayangnya, hingga kini belum ada langkah konkret untuk menghentikan kekejaman zionis Israel. Bahkan justru diam seribu bahasa. Pencitraan manis jelang Pilpres telah berganti wajah yang sesungguhnya. Tersibak ke mana arah dukungan itu bermuara. Memberikan keadilan dalam konflik Palestina–Israel hanyalah ilusi yang ditawarkan oleh AS.

Oleh karenanya, kemerdekaan Palestina tidak bisa mengandalkan AS yang selama ini jelas berpihak pada kubu Israel. Karena kesamaan agenda mereka di wilayah Timur Tengah. Maka dibutuhkan penyelesaian komprehensif atas permasalahan Palestina. Agar penderitaan warga Palestina khususnya dan kaum Muslim pada umumnya menemui titik akhir.

Palestina akan terus merasakan nestapa selama khilafah tidak ada. Karena hanya khilafah yang terbukti mampu memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan bagi kaum muslim. Sejarah mencatat bagaimana gagahnya sejumlah pejuang Islam dalam membebaskan Palestina. Mulai dari khalifah Umar bin Khaththab hingga Salahuddin Al Ayyubi.

Para pakar sejarah mencatat betapa rakyat Palestina dan warga al-Quds menyambut baik datangnya kekuasaan Islam. Kebanyakan orang-orang itu beragama Kristen dan sebagian kecil di antara mereka orang Yahudi. Dan orang-orang Yahudi Samaritan bekerja sama dengan pasukan Islam dalam perebutan kota itu dari tangan kaum Bizantium.

Seorang rabbi Yahudi menulis tentang masa awal Islam ini, ”Jangan risau, wahai Putera Iahve, Sang Pencipta yang Maha Mulia menciptakan Kerajaan Ismail hanya untuk membebaskan kalian dari kejahatan ini (Bizantium).” (m.republika.co.id, 26/07/2020). Bahkan kaum Nasrani dan Yahudi berbondong-bondong membantu tentara Islam yang berada di bawah kepemimpinan khalifah Umar bin Khaththab untuk mengusir tentara Byzatium yang lalim dari tanah Palestina.

Maka hanya dengan adanya khilafah di tengah-tengah manusia, kemerdekaan Palestina bisa kembali dilakukan. Melalui jihad fii sabilillah untuk membebaskan tanah-tanah kaum muslim dari cengkeraman para penjajah. Sehingga nestapa yang selama ini memeluk erat kaum muslim di berbagai dunia bisa dihempaskan. Kemudian digantikan dengan keadilan dan kemakmuran sebagaimana pernah diwujudkan di masa silam ketika syariat Islam masih diterapkan.

Wallahu’alam bishshawab. 

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis