Normalisasi Hubungan Arab dan Israel, Pengkhiantan Terhadap Umat Muslim

Oleh: Kunthi Mandasari
(Pegiat Literasi)

 

Lensa Media News – “Bersejarah”, “Sebuah terobosan, “Pengkhianatan”, Presiden Trump tidak kekurangan julukan untuk pengumuman yang mendadak pada bulan ini bahwa Uni Emirat Arab (UEA) akan sepenuhnya menormalisasi hubungannya dengan Israel. Setelah perjanjian damai Mesir-Israel pada 1979, diikuti dengan perjanjian damai Israel-Yordania pada 1994, kesepakatan ini menjadikan UEA sebagai negara Arab ketiga yang menormalisasi hubungan setelah Oman, Bahrain, dan kemungkinan diikuti Maroko (bbc.com, 18/08/2020).

Sebenarnya, hubungan rahasia antara UEA dan Israel disebut telah lama berlangsung. Tetapi rincian dan waktu kesepakatan normalisasi ini dirahasiakan hingga akhir. Bahkan tidak ada konsultasi antara kementerian luar negeri UEA di Abu Dhabi dan negara-negara Arab lainnya. Hingga Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan damai antara Israel dan UEA di Gedung Putih, Wangshinton, AS, Kamis, 13 Agustus 2020. Kesepakatan yang diklaim Trump atas ‘pertolongan dirinya’ itu, akan mengarah pada normalisasi penuh hubungan diplomatik antara kedua negara Timur Tengah (kompas.id, 23/08/2020).

Sejauh ini, negara Israel dianggap negara paling maju di Timur Tengah. Hal ini terlihat dari penemuan-penemuan mutakhirnya. Jika pertemuan ini berhasil diharapkan bisa mendorong kemakmuran dan menaikkan wibawa UEA di mata internasional. Namun sayangnya, bagi kaum Muslim hal ini merupakan pengkhianatan yang nyata. Bagaimanapun sepak terjang Israel sangat buruk. Sebagai salah satu penyumbang gejolak di negara Timur Tengah dengan pengklaiman wilayah secara sepihak. Kerap kali melanggar aturan Internasional. Bahkan perlakuannya terhadap kaum Muslim di Palestina sangat keji. Genosida pun terus dilakukan hingga kini.

Tentu pengumuman tersebut mengejutkan banyak pihak, terutama Palestina. Langkah normalisasi tersebut dinilai menciderai upaya memerdekakan Palestina. Bahkan, menimbulkan banyak pro dan kontra di negara Teluk. Tidak sedikit yang mengecam hubungan resmi Israel dan UEA. Mengingat Palestina merupakan tanah yang diberkahi dan memiliki kedudukan yang penting di hati kaum Muslim. Pantas jika kecaman terhadap perjanjian damai ini terus berdatangan.

Hanya saja dalam sistem sekuler kapitalistik, hal ini sangat memungkinkan terjadi. Karena tidak berpijak pada aturan Ilahi. Sekulerisme jelas meniadakan peran agama dalam mengatur kehidupan, termasuk urusan politik. Alhasil setiap kebijakan yang diambil berdasarkan nalar semata. Dimana syahwat berkuasa senantiasa menjadi pengendali. Termasuk dalam perjanjian ini. Orientasi materi menjadi latar. Tak peduli jika perbuatan ini sesungguhnya dibenci oleh Allah Swt.

Padahal, Islam merupakan agama yang sempurna. Tak hanya mengurusi ibadah saja, tetapi urusan diplomatik pun tak luput dari perhatiannya. Dalam Islam tidak dibenarkan menjalin hubungan dengan kaum Kafir Harbi. Justru kaum Muslimin disyariatkan untuk memerangi. Namun hal ini mustahil terjadi, apabila selama para pemimpin kaum Muslim hanya menghendaki keuntungan dunia. Kaum Muslim akan senantiasa terperdaya dan mengikuti arahan kaum penjajah. Padahal apabila kaum Muslim mau berpegang teguh pada akidah dan syariat Islam, kemuliaan itu bisa diwujudkan. Karena Allah telah berfirman bahwa kaum Muslim merupakan umat terbaik. Maka fokus pemimpin kaum Muslim seharusnya mengupayakan bagaimana syariat Islam diterapkan kembali di muka bumi ini.

Wallahu a’lam bishshwab.

 

[ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis