Sistem Sekuler vs Khilafah

Oleh: Anisa Rahmi Tania

(Aktivis Muslimah Jakarta Utara)

 

Lensa Media News – Pasca ketuk palu Hagia Shopia sebagai masjid pada tanggal 10 Juli 2020 lalu oleh Dewan Negara (The Council of State), status Hagia Sophia sebagai museum dinyatakan tidak berlaku lagi. Keputusan yang diambil Presiden Recep Tayyip Erdogan ini menuai beragam respon. Masyarakat muslim dunia umumnya menyambut baik dan bersuka cita atas status baru tersebut.

Karena seakan sejarah kegemilangan Konstantinopel yang pertama kali dibebaskan oleh Sultan Mehmed II dari Kekhilafahan Utsmani pada tahun 1453 terulang kembali. Beliaulah yang mengubah Hagia Shopia menjadi masjid. Hingga Turki menjadi ibukota Kekhilafahan Utsmaniyah dan menjadi negara kuat dan disegani. 

Namun, respon tidak bersahabat pun datang. Khususnya dari dunia Barat. Mereka mengecam keputusan tersebut Karena dianggap telah menyakiti perasaan umat Kristiani. Namun, bagaimana pun Turki menjadi negara maju yang kuat setelah berada di tangan kekuasaan Khilafah Utsmaniyah. 

Sehingga wajar jika sebuah majalah Turki, Gercek Hayat, yang pro-pemerintah menyerukan untuk membangkitkan kembali khilafah. Sontak seruan tersebut ditolak partai berkuasa. Dilansir dari laman berita WE Online (29/7/2020), partai berkuasa di Turki menolak seruan majalah pro-pemerintah untuk membangkitkan kembali Kekhilafahan Islam. 

Mereka meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler. Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Omer Cekik berkicau dalam cuitan di Twitternya bahwa Republik Turki adalah negara yang demokratis dan sekular berdasarkan aturan hukum.

Tidak hanya sampai di sana, penolakan terhadap seruan itu pun dilanjutkan dengan pengaduan pidana terhadap Gercek Hayat oleh Asosiasi Bar Ankara. Mereka menuduh pemred majalah Gercek Hayat menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki dan menghasut kebencian serta permusuhan untuk tidak mematuhi hukum.

Apa yang terjadi di Turki tersebut merupakan gambaran nyata akan pertentangan rezim sekularisme kepada Khilafah. Sampai kapan pun rezim sekular tidak akan pernah rela Khilafah tegak kembali. Karena Khilafah meniadakan aturan sekularisme. Dalam Khilafah yang berlandaskan akidah Islam, agama mutlak menjadi pengatur urusan kehidupan. 

Di setiap waktu dan aktivitas, dari hal kecil hingga yang besar. Penerapan aturan sang Khaliq, Allah Swt, dalam Khilafah adalah tujuan adanya institusi legal tersebut. Ia hadir sebagai benteng pertahanan umat. Menjamin segala kebutuhan dasar warga negaranya tanpa pandang bulu dan menyebarkan ajaran Islam dengan dakwah dan jihad.

Hal ini berbeda 180 derajat dengan sekularisme yang meniadakan agama dalam kehidupan. Baginya agama sebatas identitas KTP. Semua kebijakan dan aturan yang berlaku berasal dari pemikiran manusia. Sesuai dengan kepentingan para penguasa dan pengusaha. Negara bagi sekularisme adalah sarana untuk memuluskan kepentingan para kapital, bukan untuk kemaslahatan umat.

Sehingga jelas jika siapa pun baik seseorang, kelompok, maupun lembaga yang menginginkan Khilafah tegak kembali akan dihadang bahkan dikriminalisasi. Baik di Turki maupun di negeri kaum muslim manapun akan mereka gempur dengan keras dengan menghalalkan berbagai cara. Benarlah apa yang katakan dalam surat Al-Imran ayat 118:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” 

Namun, kebenaran selalu menang, begitulah menurut orang bijak. Khilafah pun bukan sebatas memori dalam ingatan kaum muslim dan dunia. Khilafah adalah janji Allah Swt dan bisyarah Rasulullah Saw. Sekuat apapun kaum sekular menghadang, janji Allah pasti akan terjadi. Mereka lupa sedang berhadapan dengan siapa. Allah adalah sang pencipta dan pengatur alam semesta ini, termasuk rezim sekuler. Maka seberapa besar makar mereka, sesungguhnya makar Allah lebih dahsyat.

Mereka (orang-orang kafir) bermaksud memadamkan cahaya agama ALLAH dengan perkataan-perkataan mereka, tapi ALLAH (justru) menyempurnakan cahaya (agama)-Nya walaupun orang2 kafir itu tidak menyukainya..” (QS:9:8).

Wallahu a’lam.

 

[ra/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis