Tiga puluh tujuh remaja di bawah umur terpergok oleh petugas tengah melakukan pesta seks di sebuah kamar hotel di Jambi (tribunnews.com). Bukan kali pertama, kejadian serupa pernah terjadi di berbagai kota di Indonesia. Fakta-fakta tersebut semakin menunjukkan akan kondisi remaja kita yang sangat memprihatinkan.

Pangkal penyebabnya karena kita tidak berpegang teguh secara utuh kepada Islam. Akidah Islam tidak lagi menjadi landasan dalam kehidupan kaum muslim, termasuk dalam hal bernegara. Kita tidak lagi menjadikan Islam sebagai asas, tetapi yang diterapkan adalah sekulerisme- kapitalisme.

Dengan dasar sekulerisme, negara hanya untuk mengatur masalah individu. Sebab, pilar penting demokrasi yang mutlak adalah kebebasan. Ide kebebasan ini sangat berbahaya. Dengan alasan kebebasan, para remaja melakukan apa saja meskipun itu melanggar perintah Allah SWT. Mereka biasa memakai pakaian yang mengumbar aurat, melalukan seks bebas, berzina dengan alasan kebebasan. Mereka pun menggunakan narkoba, minuman keras dan obat-obatan. Paham kebebasan inilah yang menghancurkan generasi muda. Paham ini mengagungkan kebebasan sebagai sebuah kebenaran.

Padahal Islam merupakan pedoman hidup yang bersumber dari Allah SWT. Mustahil pedoman hidup ini mengancam manusia. Islam tidak mematikan naluri itu, Islam membolehkan hubungan pria dan wanita melalui pernikahan yang sah. Dengan akad nikah akan melahirkan pertanggungjawaban dan amanah, bukan hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Pernikahan menjadi ibadah, bukan hanya sekadar menyalurkan nafsu seksual.

Tunduk kepada aturan Allah sesungguhnya merupakan wujud syukur seorang hamba kepada Sang Pencipta yang telah memberikan banyak nikmat. Tidak hanya itu, Allah SWT telah menurunkan pedoman hidup berupa Al-Quran dan As-Sunnah untuk menjamin hidup kita agar selamat dan tidak akan tersesat. Maka, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk tunduk dan taat kepada perintah Allah SWT.

 

Lia Alawiyyah

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis