Kaya, Namun Bergantung pada Aseng
Oleh : Sri Hartati
Lensa Media News – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil. Indonesia disebut juga negara maritim, karena 2/3 dari bagian Indonesia merupakan laut dan samudera.
Tanahnya subur penghasil rempah-rempah yang berkualitas baik, serta bahan pangan lainnya. Tidak berlebihan rasanya pujian yang terdapat dalam lirik lagu “tongkat kayu jadi tanaman”.
Begitupun lautnya menghasilkan ikan, rumput laut dan lain-lainnya yang kiranya itu cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam lain seperti tambang emas, tambang batu bara, hasil hutan serta masih banyak lagi.
Sumber daya alam yang melimpah itu membuat asing tergiur ingin menguasainya, kemudian menjajah negeri Indonesia tercinta ini. Pada tahun 1945 rakyat Indonesia berhasil mengusir para penjajah dari negara indonesia dan mendeklarasikan kemerdekaannya.
Namun, saat ini rakyat Indonesia belum seutuhnya merasakan kemerdekaan sesungguhnya. Penjajahan itu bukan lagi berbentuk perang fisik, namun perang melalui pemikiran atau ideologi. Indonesia yang sumber daya alamnya melimpah bagaimana bisa rakyatnya kelaparan?
Bagaimana mungkin rakyatnya menjadi pengangguran, karena banyak sekali lapangan pekerjaan yang dapat dikelola oleh rakyat Indonesia itu sendiri. Sungguh sangat tidak logis rasanya, ada yang salah dari pengelolaan negeri ini. Pergantian pemimpin sering dilakukan, namun rakyatnya masih banyak yang penderitaan serta pengangguran terjadi di mana-mana.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyoroti tingginya ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap China, termasuk dalam hal investasi. Ia berharap ketergantungan tersebut segera dievaluasi. Pasalnya ketergantungan tersebut berdampak buruk pada Indonesia.
Ketergantungan tersebut membuat ekonomi Indonesia rapuh. “Kami lihat kalau di China pertumbuhan ekonominya turun 1 persen itu berdampak 0,3 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ucap Bahlil dalam webinar yang digelar INDEF. (cnnindonesia, senin, 13/07/2020).
Bagaimana bisa Indonesia bergantung kepada China padahal Indonesia adalah negeri yang kaya sumber daya alam. Jelas-jelas kesalahan pada pengelolaan yang dilakukan oleh pemimpin negeri ini. Jika salah kelola bisa saja Indonesia jatuh ke tangan China, tentu ini tidak kita inginkan dan patut kita waspadai.
Bisa jadi ini karena ketidakpahaman bagaimana memelihara dan mengembangkan sumber daya yang ada, atau bisa jadi karena pemimpin yang tidak amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus rakyat. Dalam hadits riwayat Ibnu Majah menyebutkan tentang pemimpin ruwaibidhah;
“Dari Abu Hurairah ra berkata, rasulullah saw bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan ruwaibidhah turut bicara. ”Lalu beliau ditanya, “apakah al-ruwaibidhah itu?” Beliau menjawab,”orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum” (HR Ibnu Majah).
Dalam Islam hubungan ekonomi internasional diatur. Umar ra. adalah khalifah yang menerapkan sistem Islam dalam negara khilafah. Hubungan ekonomi internasional menempati posisi penting di dalam ekonomi semua negara. Sebab suatu negara tidak akan mampu memproduksi seluruh kebutuhannya sendiri.
Di antara bukti perhatian Umar ra. tentang hubungan ekonomi dengan negara-negara lain adalah riwayat yang mengatakan bahwa sebagian pedagang dari ahlul harb (penduduk yang sedang berperang di negara Islam) meminta izin untuk masuk ke daerah Islam dengan tujuan dagang.
Maka Umar bermusyawarah dengan para sahabat dalam hal tersebut, lalu mereka berpendapat bahwa kaum muslimin mendapatkan kemaslahatan dalam pemberian izin kepada para pedagang tersebut, maka Umar pun memberikan izin kepada mereka untuk masuk.
Umar ra. mengerti bahaya non muslim di antara kaum muslimin, karena itu beliau tidak meninggalkan daerah kaum muslimin terbuka bagi setiap non muslim yang ingin memasukinya. Sebagaimana politik Umar ra. berlandaskan pada meminimalisir pengandalan diri terhadap non muslim dan membatasinya dalam hal yang sangat sempit.
Oleh karena itu, kepemimpinan yang berlandaskan pada sistem Islam akan memberikan kemaslahatan bagi rakyatnya. Tidak seperti sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan para pemilik modal saja. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin tertindas tak berdaya.
Sesungguhnya hanyalah sistem Islam yang dapat menyejahterakan seluruh umat manusia, melindungi kaum muslimin dari berbagai ancaman. Tak hanya kaum muslimin saja yang mendapat jaminan keamanan dari negara khilafah tetapi non muslim pun mendapatkan jaminan yang sama.
Mereka aman dari bahaya-bahaya yang dapat mengancam mereka, seperti penjajahan yang membuat mereka terusir dari negerinya sendiri, serta perampasan sumber daya alam yang mereka miliki.
Wallahu ‘alam bish showab.
[LM]