Diam Atas Tragedi India, Bukankah Kita Bersaudara?

Oleh : Anita Rachman

(Pemerhati Sosial Politik)

 

LensaMediaNews – Darah umat muslim kembali tumpah. Tragedi berdarah menimpa saudara kita di India pada akhir Februari 2020. Sekelompok umat hindu membabi buta menyerang umat muslim, hingga data terakhir menyebutkan 42 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Dari pengakuan korban selamat, mereka ada yang dibunuh dengan keji, dibakar dan disiksa hanya karena mereka muslim. (Republika/01/03/2020). Kebencian sekelompok umat hindu terhadap muslim juga tergambar jelas dari perlakuan keji dan kata-kata yang dilontarkan, yang banyak beredar di media sosial.

Bagaimana reaksi pemerintah? Menteri Agama Fachrul Razi meminta agar seluruh tokoh dan umat beragama di Indonesia untuk menahan diri dan tidak bersikap emosional menyikapi insiden bentrok antara umat Hindu dan Muslim di India (CNN, 29/02/2020). Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengambil langkah akan menyambangi Kedutaan Besar India di Jakarta untuk silaturahmi dan melakukan tabbayun. Wasekjen PBNU menyampaikan “Langkah-langkah yang sudah dilakukan ataupun yang akan dilakukan seperti apa, karena India kita tahu dengan Indonesia itu adalah negara sahabat yang baik, bilateral juga sangat baik”. Maka itu, masih menurut Masduki, sikap RI juga diminta jangan sampai mencederai hubungan dan persahabatan dengan India. (Vivanews/29/02/2020)

Sebenarnya hubungan baik seperti apa yang bisa dijalin bersama dengan sebuah negara yang mengabaikan nyawa warga negaranya? Pengamat Politik dan Sosial Muhammad Yunus Hanixs menyatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecewakan umat Islam karena tidak mengecam pembantaian muslim di India. “Jokowi harusnya menunjukkan rasa solidaritas muslim di India,” uangkapnya. (Suaranasional/01/03/2020). Apa yang dialami saudara muslim kita di India adalah sebuah kezaliman yang besar. Siapapun kita, pasti akan turut merasa pedih, pilu, sekaligus marah melihat perlakuan keji mereka.

Dalam Alquran Allah berfirman “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” (QS. Al-Fath : 29). Dalam sebuah hadist Rasulullah juga bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur dan merasakan demam.” (HR. Muslim)

Namun, apa yang terjadi hari ini? Nyawa umat muslim sungguh tak ada harganya. Tak peduli orangtua, perempuan bahkan anak-anak tak berdosa menjadi korban pembunuhan keji oleh musuh-musuh Islam. Di berbagai belahan dunia seperti di Palestina, Irak, Yaman, Suriah, Uighur, Rohingnya dan lain-lain, nyawa umat muslim berjatuhan tanpa perlindungan, pembelaan apalagi pembalasan. Tak ada lagi yang menjadi pelindung (junnah/perisai) sejak diruntuhkannya khilafah oleh agen Yahudi Inggris, Mustafa Kemal Ataturk, 96 tahun yang lalu, tepatnya 3 Maret 1924. Bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya daulah (negara) Islam hancur tercerai berai menjadi negara-negara bangsa (nation state). Tak ada lagi yang peduli terhadap saudara seiman hanya karena sudah berbeda bangsa dan negara. Padahal dulu semuanya adalah satu.

Islam begitu menghargai dan menjaga nyawa manusia. Dalam Alquran Surat Al Maidah : 32 Allah berfirman “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani Israil, bahwa sesungguhnya barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.”

Di dalam ayat tersebut tidak disebutkan khusus orang muslim, tetapi manusia (apapun agamanya). Apalagi yang tumpah adalah darah umat islam. Dalam Islam menghilangkan nyawa seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan syariat (aturan Allah) adalah perkara yang sangat besar. Bahkan dalam sebuah hadist Rasulullah Saw bersabda: “Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” (HR. An-Nasa’i)

Lantas bagaimana jika ada seorang muslim yang dibunuh tanpa hak? Hukum qishah atau balas bunuh bagi siapa yang menghilangkan nyawa tanpa hak, adalah cara Allah menjaga dan melindungi nyawa manusia. Allah berfirman dalam Alquran Surat Al Baqarah : 179, “Dan dalam qishah itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa.”

Hukum qishah ini juga yang sering dijadikan alat oleh musuh Islam untuk menyerang Islam sebagai agama yang kejam. Padahal, justru ini adalah bukti bahwa Allah benar-benar memuliakan nyawa manusia dengan sangat adil. Penegakkan hukum qishahpun harus memenuhi beberapa syarat dan ketentuan. Sungguh tidak ada yang bisa memuliakan nyawa manusia sebagaimana Islam memuliakannya.

Melihat keterpurukan demi keterpurukan yang dialami umat hari ini, dorongan kebutuhan akan diterapkannya sistem Islam secara menyeluruh semakin mendesak. Bagaimana seluruh umat bersatu dalam satu kepemimpinan yang tak terhalang sekat wilayah, ras maupun golongan. Hanya dengan sistem Islam yang kaffah (menyeluruh)lah hukum qishah dapat diterapkan. Hanya dengan sistem Islam kaffah juga, kezaliman yang menimpa umat muslim dimanapun, akan mampu diselesaikan cukup dengan satu komando dari sang khalifah, tanpa terhalang sekat negara-bangsa. Karena setiap muslim itu bersaudara, dimanapun berada.

Wallahu a’lamu bisshawab.

 

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis