Cinta Idealis atau Cinta Liberalis

Oleh: Arwiyanti

 

LensaMediaNews— Rasa cinta adalah hal yang luar biasa dan merupakan fitrah manusia. Rasa cinta bisa menjadi unsur pendorong manusia untuk berbuat sesuatu, misal menjadi rajin bekerja, rajin beribadah, rajin belajar dan bahkan bisa sebagai pemicu bunuh diri. Demi cinta, manusia rela mengorbankan tenaga, harta, waktu dan kebahagiaan dirinya.

 

Sebagai muslim, kita harus mempunyai koridor agar ekspresi cinta tak sia-sia dan terjaga kemurnianya. Dan Islam, sebagai agama yang sempurna telah mengaturnya. Maka cinta akan benar jika kita mengikuti apa yang diturunkan Allah SWT dan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw yakni cinta yang berbungkus iman.

 

Rasulullah Saw bersabda: “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Maka, cinta sejati adalah cinta yang didasari karena iman. Karena cinta itu akan kekal, tak hanya di dunia tapi juga sampai di akherat. Seperti halnya perjalanan hidup Ali ra dan Fatihah Az-Zahra memberikan contoh yang sempurna dalam menjelaskan makna cinta. Walaupun hidup dalam kesederhanaan, tak menjadikan cinta mereka luntur dan menimbulkan konflik.

 

Begitu juga dengan cinta yang diperlihatkan oleh sabahat Rasulullah Saw, kaum Muhajirin dan kaum Anshor. Mereka belum saling mengenal satu sama lain. Namun, ketika disatukan dalam cinta sesama muslim mereka mampu berbagi harta, tempat tinggal bahkan berbagi istri. Yang penting saudara mereka bisa berbahagia. Inilah bentuk cinta yang didasari dengan iman.

 

Begitulah, karena cinta memang tak hanya sebatas kata namun juga harus diiringi dengan bukti. Sama halnya kecintaan kita kepada Islam. Ekspresinya bisa terwujud dalam bentuk silaturahmi, silang ukhuwah, aktivitas dakwah, selalu menaati segala aturan yang telah ditetapkan dan lainnya. Maka, cinta dalam Islam bisa berjalan sepanjang waktu, sepanjang usia manusia.

 

Cinta kepada Allah berarti, menjadikan Allah sebagai standar untuk mengekspresikan cinta, menempatkan cinta sesuai dengan seharusnya. Dan inilah cinta Idealis. Yakni orang yang mengedepankan ideologi dalam mengekspresikan cintanya.

 

Namun, dalam kehidupan liberalis saat ini, cinta idealis menjadi barang langka, saat ini orang boleh mengekspresikan cintanya dengan bebas dan tanpa aturan. Maka, tak heran jika aktivitas LGBT diberi ruang atas nama Hak Asasi Manusia.

 

Apalagi arti cinta di kalangan remaja, cinta lebih diartikan sebatas nafsu seksual belaka. Rasa cinta dinodai dengan perbuatan haram, seperti pacaran, gaul bebas dan masih banyak aktivitas lain yang bertentangan dengan Islam.

 

Cinta mereka hanya berbalut nafsu syahwat, diekspresikan tanpa batas dan tak lagi berdasarkan wahyu. Nah inilah cinta liberalis, yang akan membuat tatanan kehidupan masyarakat menjadi kacau. Misal, kekacauan jalur nasab karena perzinaan menjadi hal yang lumrah. Pun demikian dengan jalur nafkah karena cintanya pada harta yang terlalu berlebihan.

 

Sesuai dengan ajaran Islam, tempatkanlah cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai yang pertama dan utama. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 24)

 

Yang kedua adalah cinta kepada sesama manusia. Rasulullah Saw bersabda: ” Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Dan yang ketiga, cinta kepada makhluk lain. Abu Bakar pernah berpesan kepada pasukan Usama Bin Zait sebelum berperang, Rasulullah Saw bersabda “Dilarang melakukan pengkhianatan atau mutilasi. Jangan mencabut atau membakar telapak tangan atau menebang pohon-pohon berbuah. Jangan menyembelih domba, sapi atau unta, kecuali untuk makanan.” (Al-Muwatta)

 

Islam adalah agama yang memerintahkan untuk saling mencintai. Islam juga telah menetapkan koridor dalam mengekspresikan cinta. Maka, sebagai muslim, sudah seharusnya kita mengikuti koridor yang telah Allah tetapkan bukan dengan cara meniru kebiasaan di luar Islam. Ekspresi cinta pun tak perlu dibatasi oleh hari khusus. Islam mengajarkan kita untuk mencintai kapan saja dan dimana saja dan tentu dengan landasan iman. Wallahu a’lam bishawab. [Hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis