Peradaban Islam Mencetak Generasi Unggul

Oleh: Wahyu Utami, S.Pd.

(Praktisi Pendidikan, Yogyakarta)

 

LensaMediaNews – Dari hari ke hari problematika pelajar dan remaja tidak kunjung henti, bahkan semakin masif. Salah satunya yang mendapat sorotan publik adalah kasus bullying (perundungan) di sekolah. Institusi pendidikan yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi anak, kini telah menjelma menjadi tempat yang mengancam anak. Tidak hanya sebatas ancaman verbal tetapi fisik yang bahkan sampai berujung kematian.

Hasil yang didapat dari Penilaian Siswa Internasional atau OECD’s Programme for International Student Assessment (PISA) 2018, 41% siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami bullying/perundungan (Detik.com, 04/12/2020).

Kasus bullying yang makin marak dan sadis ini terjadi karena pelajar miskin moral dan jauh dari agama. Agama tidak diberi ruang untuk ikut mewarnai kehidupan mereka. Hal ini terjadi akibat dari pendidikan sekarang yang hanya mengedepankan ilmu pengetahuan dibanding agama. Terjadi dikotomi pendidikan, yaitu ilmu agama diajarkan terpisah dari ilmu pengetahuan dan budi pekerti.

Belajar dari rahasia kemajuan Islam di masa lalu, Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, budi pekerti, dan ajaran agama. Pengamalan ajaran agama sama pentingnya dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dihiasi dengan akhlak mulia. Tidak heran jika banyak ilmuwan yang juga dikenal sebagai seorang faqih fiddin (ahli agama) yang mulia. Salah satunya Ibnu Rusyd (di Barat terkenal dengan Averous) sebagai seorang filosof, dokter, dan ahli fiqih Andalusia.

Sangatlah jelas, agama dan budi pekerti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ilmu pengetahuan. Di masa kemajuan Islam, tidak ada istilah cerdas akademik tapi miskin moral dan ilmu agama. Begitu juga sebaliknya.

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan berbagai problematika pelajar, maka negara harus merombak paradigma pendidikan secara revolusioner. Negara harus menyinkronkan kembali ilmu pengetahuan, agama, dan budi pekerti seperti yang dilakukan oleh peradaban Khilafah dulu.

Ilmu agama ditempatkan sebagai pondasi utama bagi ilmu-ilmu yang lainnya sehingga akan lahir generasi yang cerdas akademik, berbudi pekerti luhur, serta menguasai sains dan teknologi. Sehingga lahir generasi unggul yang jauh dari permasalahan moral. Para pemuda akan kembali pada jati dirinya sebagai agent of change di tengah umat.

Wallahu a’lam bishshawab.

 

[ah/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis