Natuna, Kedaulatan Negara yang Perlu Dijaga

Oleh: Henyk Nur Widaryanti S. Si., M. Si.

 

Nasip Natuna masih dalam pertanyaan. Mendung sejagat Nusantara, mengisyaratkan negeri ini mau bagaimana? Masalah dengan negeri macan Asia masih terus bergulir bak bola yang terus menggelinding.

 

Sebelumnya laman cnbcindonesia.com (3/1/20) menceritakan bahwa China mengklaim wilayah Laut Cina Selatan (LCS) sebagai wilayahnya. Hal ini didasarkan pada peta yang dikeluarkan oleh Cina tentang nine dash line (NDL). NDL adalah istilah yang dikeluarkan oleh Cina sendiri. Pihak Cina mengklaim bahwa daerah LCS adalah miliknya. Salah satu alasannya karena nenek moyangnya sudah ratusan tahun menangkap ikan di perairan ini.

 

Padahal, berdasarkan aturan UNCLOS daerah perairan Natuna masuk dalam kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Perbedaan ini dimulai dengan standar aturan yang berbeda. Sampai kapanpun dipastikan tidak akan selesai jika tidak ada yang mengalah salah satunya. Bahkan Indonesia telah mengirimkan pasukan militernya ke Natuna, baik angkatan laut maupun udara.

 

Memahami Potensi Natuna

Natuna sebuah perairan yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Mulai dari kekayaan plasma nutfah yang beraneka ragam hingga minyak bumi dan gas alamnya. Sebut saja penghasilan ikan di Natuna cukup besar. Ada ikan pelagis kecil (621,5 ribu ton/tahun), demersal (334,8 ribu ton/tahun), pelagis besar (66,1 ribu ton/tahun), ikan karang (21,7 ribu ton/tahun), udang (11,9 ribu ton/tahun), cumi-cumi (2,7 ribu ton/tahun), hingga lobster (500 ton/tahun).

 

Belum itu saja, masih ada kekayaan minyak bumi dan gas alam. Menurut Kepala Divisi dan Program Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Teher cadangan gas bumi di Natuna mencapai puluhan trilliun cubic feet (TFC). Yaitu sekitar 46 TFC (tempo.co, 6/1/20).

 

Kepentingan Cina akan Natuna

Tidak ada yang abadi kecuali kepentingan. Bagi negara sebesar Cina, penting baginya untuk mempertahankan kedudukan. Kalau bisa justru dapat mengalahkan negara Paman Sam sebagai negara super power. Untuk mencapai tampuk kekuasaan dunia, Cina membutuhkan amunisi yang luar biasa. Dia perlu merajai ekonomi, hingga menguasai politik internasional dan kemiliteran. Semua itu tak bisa dilakukan sendiri. Kecuali ada bantuan dari yang lain.

 

Untuk melanggengkan itu semua, hal yang perlu dilakukan membuat ekonominya berkembang pesat. Ekspornya meningkat dan mampu mengalahkan pesaingnya Paman Sam. Maka, perlulah sumber bahan mentah. Baik bahan bakar maupun bahan industri. Jika hanya mengandalkan kekayaan alamnya sendiri tentulah kurang. Ia perlu impor dari negara lain. Agar harganya murah, dan kalau bisa gratis, Cina harus memiliki cadangan SDA sendiri.

 

Di sisi lain, kebutuhan bahan bakar untuk industri semakin meningkat dengan meningkatnya perekonomian Cina. Selama ini Cina mengimpor bahan bakarnya dari Timur Tengah. Dikirim menggunakan kapal melalui Selat Malaka. Cina tahu bahwa Selat Malaka dikuasai oleh AS. Jika kondisi ketegangan antara Cina dan AS memanas, bisa jadi Cina akan dikenai sanksi blokade. Sebagaimana negara-negara yang berusaha melawan AS. Maka, jika itu terjadi Cina perlu mencari jalur lain untuk mendapatkan pasokan sumber bahan bakarnya.

 

Dari sini, Cina merencanakan dua agenda. Pertama, membuat terusan yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Laut Cina Selatan. Terusan KRA ini akan melintasi wilayah darat Thailand. Sehingga bahan bakar dari Timur Tengah bisa langsung diangkut lewat darat. Kedua, menjadikan Laut Cina Selatan sebagai wilayahnya. Dengan begitu Cina dapat mengekplorasi kekayaan alam di sana. Dan Cina tidak lagi takut kekurangan bahan industrinya.

 

Natuna Milik Kita, Perlu Dijaga

Natuna adalah wilayah terluar Indonesia. Keberadaannya perlu dijaga. Apalagi Natuna menyimpan kekayaan alam yang masih perawan. Belum terjamah para korporasi. Kekayaan ini harus bisa kita turunkan ke anak cucu kita. Maka, wajib bagi kita untuk mempertahankannya.

 

Standing uplouse patut kita berikan akan sikap tegas TNI. Yang langsung mengirimkan armadanya ke Natuna. Hingga kapal-kapal asing milik Cina satu persatu meninggalkan Natuna. Walaupun hanya bersenjatakan keris. Namun, sebuah pertanyaan besar. Akankah Cina menyerah begitu saja?

 

Pastinya, nilai Natuna begitu berharga bagi Cina. Terutama Laut Cina Selatan. Kalau tidak, tidak mungkin ia rela berseteru dengan negara-negara yang punya wilayah ZEE dengan Laut Cina Selatan. Ini hanya strategi Cina saja. Ia akan menyusun kembali cara untuk mendapatkan Natuna.

 

Bagi kita, kewaspadaan perlu sangat dijaga. Jangan sampai kita terpikat bujuk rayu mereka. Bila perlu membuat pangkalan penjagaan di perairan strategis seperti Natuna dilakukan. Memang ini perlu biaya yang tidak besar. Tapi demi menjaga kedaulatan negara dari kepentingan, kita perlu melakukannya. Wallahu a’lam bishowab. [LN/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis