Islam Tak Mengenal Rasisme

Oleh: Tri Nuryani

 

LensaMediaNews— Namanya Pak Ruslan, usianya 43 tahun. Pagi itu, senin 23 September 2019, menjadi hari tak bisa dilupakannya bersama warga Wamena lainnya. Teriakan mencekam dari sejumlah oknum menghempas aktivitas paginya sebagai pekerja serabutan. (Liputan 6.com, 23/9/19)

 

Lemparan batu silih berganti memecah kaca-kaca rumahnya sekaligus kios kelontong yang menjajakan kebutuhan sehari-hari. Rumah warga dibakar, banyak fasilitas umum juga dirusak. Tragedi itu telah menelan korban jiwa.
Kejadian ini dipicu dengan adanya berita hoax dari seorang guru yang katanya mengeluarkan kata-kata rasis di sekolah. Yang mengakibatkan aksi anarkis dari anak-anak sekolah dan masyarakat sekitar, kata Kapolda Papua Irjen Rudolf. (kompas.com 23/9/2019)

 

Dan gejolak ini sebetulnya sudah terjadi sejak lama. Karena memang Papua menginginkan referendum atau penentuan nasib Papua sendiri. Seperti yang di sampaikan juru bicara internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Victor Yeimo. (CNNIndonesia TV, Sabtu 31/8/2019)

 

Menurut Victor, itu merupakan bagian dari perjuangan KNPB yang akan dilakukan terus-menerus dalam menuntut referendum ini. Karena baginya Papua dalam kondisi “dijajah Indonesia”. Dan ini sudah jelas ada campur tangan asing karena memang Papua merupakan bagian dari Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama gunung emasnya.

 

Rasisme Dalam Pandangan Islam

Dalam Islam tidak ada rasisme, karena itu tidak sesuai dengan fitrah manusia. Islam sangat melarang membedakan, meremehkan, menghina orang lain hanya karena beda warna kulit, ras, suku, bangsa dan negara.

 

Seperti Bilal bin rabbah yang merupakan budak kulit hitam legam namun mempunyai kedudukan tinggi di antara para sahabat. Bahkan Bilal sudah dijamin masuk surga karena ketaqwaannya. Allah Ta’ala menciptakan manusia berbeda-beda ras, suku, bangsa supaya mereka saling mengenal satu sama lainnya. Yang membedakan di sisi Allah hanyalah ketaqwaannya.

 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat 13)

 

Bahkan Islam melarang keras sifat ta’ashub dan ashobiyah (fanatik) terhadap kelompok, golongan atau suku tertentu. Karena hal itu akan menimbulkan permusuhan dan perpecahan.

 

Ya, sudah saatnya umat ini kembali pada fitrahnya untuk saling bersatu sesuai tuntutan Sang Pencipta. Tanpa membedakan ras, suku dan warna kulit bahkan agama. Hingga tak ada lagi perselisihan bahkan keinginan untuk memisahkan diri dari sebuah kepemimpinan. Sebagaimana Rasulullah contohkan ketika menyatukan suku-suku di Madinah sesaat setelah hijrahnya dengan satu aturan yang sama, yakni Islam. Di bawah naungan aturan Islam, kaum Yahudi, Nasrani, musyrik dan lainnya hidup damai berdampingan. Bahkan suku Aus dan Khazraj yang tadinya bermusuhan pun dapat hidup rukun.

Wallahua’lam bis showab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis