Melaksanakan Ajaran Islam Bukti Kokohnya Keimanan

Oleh: Arin RM, S.Si.

LensaMediaNews – Makna dasar dari iman adalah percaya atau yakin. Seseorang dikatakan percaya atau meyakini suatu hal berarti dia menerima apa yang ada dan berhubungan dengan hal tersebut tanpa keraguan sedikit pun. Seperti seorang pasien yang percaya pada seorang dokter andalannya, dokter yang telah dipilihnya dengan pemikiran matang. Tentunya akan percaya pula pada obat yang diresepkan dokter tersebut. Selain menghabiskan obat, dia pastinya akan menjalankan pula rekomendasi dokter dalam rangka mencapai kesembuhan yang diinginkan.

Begitu pula dalam masalah agama. Seseorang memilih agama tertentu untuk menjadi keyakinan yang dipercayainya, tentu bukan perkara asal-asalan. Sebelumnya pasti telah didahului dengan pemikiran dan perenungan yang matang, hingga akhirnya mantap menjatuhkan pilihan. Sehingga menjadi sesuatu yang wajar apabila setelah memeluk Islam sebagai agama pilihan, seseorang memiliki konsekuensi untuk menjalankan segenap peraturan yang ada dalam Islam, sempurna seutuhnya tanpa terkecuali (lihat Albaqarah ayat 208).

Agar bisa mengetahui kelengkapan Islam, maka langkah yang harus dilakukan adalah tak bosan menuntut ilmu tentang Islam itu sendiri. Sebab segala amal perbuatan dalam keseharian, baik itu berkaitan dengan aktivitas duniawi semata ataupun akvitas yang diorientasikan untuk kepentingan akhirat kelak, semuanya membutuhkan ilmu. Oleh karenanya sangat pas apabila Islam mewajibkan menuntut ilmu bagi setiap orang, sejak dalam buaian sampai ke liang lahat. Bahkan mereka yang berilmu pun tak segan diganjar dengan derajat tinggi oleh Allah (lihat Almujadilah ayat 11).

Maka sangat tidak mengherankan jika dewasa ini, seiring dengan tumbuhnya kesadaran berhijrah ke Islam, kajian keislaman bermunculan di mana-mana sesuai komunitasnya masing-masing. Semuanya adalah jalan awal nan penting untuk mengenal Islam lebih dalam. Siapa yang semakin mengenal Islam, akan semakin merasakan indahnya. Asalkan dilaksanakan alias diterapkan dalam keseharian mereka dengan benar. Semua hal yang diperlukan dalam menjalani hidup nyatanya ada lengkap di dalam Islam.

Kelengkapan Islam terdiri dari aturan dalam konteks hubungan manusia dengan Allah (meliputi hal-hal yang berkaitan dengan rukun iman, rukun Islam, dan ibadah mahdah). Aturan dalam konteks hubungan manusia dengan dirinya sendiri mencakup makanan, pakaian, dan akhlak. Dan aturan dalam konteks hubungan manusia dengan sesama manusia meliputi masalah muamalat (misalnya sistem pemerintahan, ekonomi, pergaulan, pendidikan, industri, politik dalam negeri, dan politik luar negeri) dan uqubat (misalnya hudud, jinayat, ta’zir, dan mukhalafat).

Totalitas kelengkapan inilah yang harus diupayakan untuk dilaksanakan seluruhnya, sebagaimana yang diwajibkan. Tidak dipilih dan diambil mana yang disukai dan mana yang dibenci ditinggalkan, layaknya memilih menu makanan di prasmanan. Semua dilakukan bukan karena kefanatikan, melainkan sebagai bukti dari kuatnya konsekuensi menjalankan keyakinan. Bukti dari kokohnya keimanan. Semata-mata wujud ketundukan dan kepatuhan kepada Al Khaliq sang pembuat aturan yang dibakukan dalam syariah Islam.

Hanya saja dalam suasana kehidupan sekuler saat ini, siapa saja yang berupaya menjalankan Islam secara total justru dicap negatif. Sebab jamak kehidupan yang terbiasa berjalan tanpa aturan Allah, sehingga aneh bila ada yang mengajak kembali menggunakan aturan Allah. Terlebih wacana radikalisme yang masih massif dihembuskan terus menguatkan Islamophobia. Sehingga apa-apa yang bernuansa Islam selain urusan ibadah berupaya dihilangkan, termasuk adanya wacana terbaru yang intinya menghilangkan jihad dari pelajaran. Sungguh disayangkan.

Itulah mengapa sekularisme ini tidak patut dijadikan pedoman bagi muslim. Sebab dalam Islam sudah dijelaskan jika seluruh urusan memiliki pembahasan yang detil sebagai panduan melaksanakan kehidupan. Jika pun belum dipraktikkan, maka tugas bersamalah untuk mulai mengenalinya. Mengkaji Islam intensif adalah awalnya, sebab kajian akan membuka cakrawala informasi yang benar mengenai Islam. Kebenaran informasi ini perlu untuk membangun jernihnya pemikiran. Pemikiran akan berimbas pada pemahaman, dan pemahamanlah yang akan mewarnai sikap dan perilaku seseorang.

 

[LS/Ah] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis