Mengapa “Dua Garis Biru”?

Apa yang pertama kali terlintas dalam benak ketika melihat iklan film “Dua Garis Biru” di televisi selain pacaran? Rasanya miris dan ngeri melihat generasi muda kita saat ini yang minim pengetahuan agama disuguhi tontonan yang diawali dengan pacaran dan berakhir dengan kehamilan.

Kerusakan generasi sudah terpampang jelas di depan mata lantaran pergaulan bebas. Hamil diluar nikah, aborsi, buang bayi, bahkan bunuh diri. Bagi seorang remaja yang masih labil, belum paham mana baik dan buruk, adanya film “Dua Garis Biru” berpotensi menimbulkan kerusakan. Karena dengan perantaraan film yang menampilkan adegan pacaran, tak menutup kemungkinan para remaja akan mencontohnya.

Naluri berkasih sayang terhadap lawan jenis sebelum menikah akan semakin kuat. Status remaja yang seharusnya fokus menempa diri, belajar ilmu agama juga sains malah sibuk dengan urusan hati (percintaan). Rusaklah generasi muda negeri ini!

Harusnya pemerintah Indonesia lebih memperhatikan lagi film-film yang akan tayang. Mempertimbangkan dengan matang efek baik atau buruknya untuk generasi. Pemerintah punya kewajiban menyelematkan kaum muda. Jangan sampai mereka terjerumus dalam pergaulan bebas. Sebab hancurnya generasi sama dengan kegagalan kita membangun negeri.

 

Winda Purwa

(Pemerhati Remaja)

 

[LS/Ln]

Please follow and like us:

Tentang Penulis