Kesetaraan Gender Ancaman Keluarga
Oleh: Kunthi Mandasari
(Member Akademi Menulis Kreatif)
LenSaMediaNews– Keluarga ideal, siapa yang tidak berharap memilikinya? Ada sosok ayah, ibu dan anak-anak yang menyejukkan. Tempat pulang untuk melepas lelah. Keluarga yang sebagai tempat mencurahkan segala asa baik tawa maupun duka.
Namun, gambaran keluarga ideal sangat jauh panggang dari api. Keluarga ideal hanya tersaji dalam iklan, novel, film maupun dalam layar kaca. Dalam realitasnya keluarga yang utuh dan terdiri dari pasangan dan anak-anak hanya sepertiga dari keluarga yang ada di seluruh dunia. Sebagian besar justru tersusun dari ibu tunggal yang membesarkan anaknya. Setidaknya ada sekitar lebih dari 100 juta ibu tunggal di dunia saat ini. Mereka adalah 84% dari semua orang tua tunggal yang ada (Unwomen.org, 25/06/2019).
Padahal keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam susunan masyarakat. Keluarga yang ideal akan melahirkan generasi cemerlang. Namun, upaya mewujudkan keluarga ideal akan sulit untuk dilakukan. Mengingat virus kesetaraan gender mulai disusupkan ke ranah keluarga.
Kesetaraan gender dianggap solusi untuk mengatasi krisis keluarga ideal. Karena Barat yang notabenenya menggunakan kacamata sekuler memandang tidak adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan menjadi biang persoalan. Seperti kekerasan seksual, KDRT, diskriminasi, kemiskinan dll. Karena yang dianggap paling menderita adalah kaum perempuan, terlebih ketika mereka hanya menjadi seorang ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki penghasilan.
Sehingga penting untuk mendorong perempuan keluar mengejar karier. Padahal justru inilah yang menjadi salah satu biang permasalahan. Seorang perempuan yang lupa akan fitrahnya, mengabaikan perannya sebagai ummu wa rabbatul bait (ibu sekaligus pengatur rumah tangga). Inilah awal kehancuran keluarga dan penyebab utamanya adalah penerapan sistem sekuler.
Dalam Islam mewujudkan keluarga ideal bukan sebuah isapan jempol belaka. Dengan mengembalikan wanita sebagaimana perannya sebagai ummu wa robbatul bait. Laki-laki dan perempuan akan saling bersinergi melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan syara’. Tidak akan ada iri maupun cemburu karena yang diharapkan adalah ridha Allah semata.
Terlebih ketika kebijakan yang diterapkan sesuai syariat. Sistem ekonomi Islam akan mengentaskan kemiskinan, dalam sistem peradilan akan berlaku adil tanpa memandang siapa yang bersalah sehingga akan menekan tindak kriminal. Untuk mewujudkan keluarga ideal diperlukan penerapan syariat Islam secara menyeluruh untuk menopang setiap kebijakan yang saling berkaitan. Penerapannya tidak bisa secara parsial, apalagi hanya mengambil sebagian saja yang dianggap menguntungkan. Dengan penerapan Islam secara kaffah akan membawa berkah.
Wallahua’lam.
[Fa]