Jalan Perubahan Itu Bukan dengan Demokrasi
Oleh: Suryani Izzabitah
(Dosen dan Member WCWH)
LensaMediaNews- Pengumuman hasil Pemilu 2019 yang dijadwalkan tanggal 22 Mei 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI tiba-tiba dimajukan pada tanggal 21 Mei 2019 pukul 01.46 WIB dini hari. Hal tersebut membuat rakyat menjadi bertambah bingung dengan “dagelan” ala demokrasi yang sedari awal membuat banyak tanya di benak rakyat. Belum jelasnya kasus pemanggilan seorang dokter Ahli Syaraf, Ani Hasibuan oleh Polda Metro jaya, kini rakyat disuguhi dengan pengumuman hasil Pemilu yang dilakukan lebih awal dari yang sudah dijadwalkan dan pada waktu yang tidak lazim.
“Kalau kita bicara fisiologi, kelelahan itu kan kaitannya dengan fisik. Kalau orang beraktivitas, dia pakai gula metabolisme. Kalau habis capek. Dia hipoglekimia dia lapar. Kalau enggak oksigennya dipakai dia ngantuk, dia lapar. Kalau dipaksa, dia pingsan, enggak mati dong,” ujar Ani (Tribun-Medan.com, 17/05/2019).
Pernyataan tersebut menyanggah pernyataan pihak KPU yang menyebutkan bahwa kasus meninggalnya petugas KPPS disebabkan kelelahan bekerja. Hal inilah yang kemudian menyeret Ani (panggilan akrab dokter Ani Hasibuan) dalam kasus yang diduga makar oleh rezim hari ini.
Ada Apa Dibalik Pemilu Berdarah Ini?
Pasca diumumkannya hasil Pemilu 2019, rakyat berbondong-bondong menduduki kantor Bawaslu pada tanggal 21 Mei 2019 dengan agenda mencari keadilan di tengah maraknya dugaan kecurangan oleh Petahana. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan total enam korban tewas kerusuhan Jakarta merupakan data per Rabu (22/5/2019) per pukul 09.00 WIB. Selain korban tewas, 200 lainnya turut menjadi korban luka kerusuhan Jakarta (detiknews, 22/5/2019).
Demokrasi sebagai sebuah sistem yang menuhankan suara rakyat dengan akidah sekular (pemisahan agama dari kehidupan) memiliki empat pilar dasar yakni : kebebasan beragama, kebebasan kepemilikan, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berekspresi. Dari akidah dan keempat pilarnya, demokrasi jelas rusak dari akarnya. Seperti yang kita saksikan di berbagai negeri, terutama negeri yang mayoritas Muslim. Ketika umat Islam ingin menjalankan perintah atas dasar keyakinan agamanya, mereka malah dikriminalisasi, dipenjara bahkan dibunuh dengan alasan yang dibuat-buat. Ironi demokrasi begitu nampak jelas di depan mata, makna kebebasan itu hanya berlaku bagi pengusungnya dengan dalih yang mereka persepsikan sendiri tergantung kepentingan kapitalis (pemilik modal atau pengusaha).
Ya, kaum kapitalis di sistem demokrasilah sebenarnya adalah penentu dari semua kebijakan yang akan mereka legitimasi. Para pemilik modal berkolaborasi dengan penguasa adalah hal yang sangat lumrah di sistem ini. Lihatlah begitu banyak fakta di negeri ini yang terkuak, bagaimana prengusaha dan penguasa “bermain” dibalik kata investasi. Pun dengan Pemilu 2019 kali ini begitu kental dengan aroma intervensi asing dan aseng.
Perubahan Hakiki Hanya Dengan Islam
Sistem Islam dengan kesempurnaan ide dasar atau akidah (fikroh) dan metodenya (thoriqoh) mampu menjadi problem solver atas semua masalah yang ada karena berasal dari Zat yang Maha Sempurna, yaitu Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Maidah: 3, yang artinya: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …”
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Ini merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla terbesar yang diberikan kepada umat ini, tatkala Allah menyempurnakan agama mereka. Islam dengan akidah yang sahih yang berasal dari Pencipta manusia beserta seluruh isi jagad raya ini, menempatkan manusia pada posisi termulia dengan seperangkat aturan dan metode menerapkan aturan tersebut”.
Metode dakwah yang dicontohkan Rasulullah Saw dibagi dalam tiga tahap yaitu: pertama, pembinaan intensif (halqah murakkazah), dimulai dengan pembentukan kader dakwah yang bersyakhshiyyah Islamiyyah. Kedua, pembinaan umat (tatsqif jamaiy), berinteraksi dengan masyarakat. Ketiga, pembentukan kekuatan politik (al-quwwatu al-siyasiy), pembentukan kekuatan politik untuk dakwah.
Sepanjang sejarah, metode dakwah yang dijalankan oleh Rasulullah Saw beserta para khalifah bersifat tetap dan terus berulang. Hal ini mengindikasikan bahwa metode dakwah sahih yang telah dicontohkan oleh manusia Mulia, Muhammad Saw dan para sahabatnya tidak berubah sepanjang masa. Hanya uslub atau cara yang berbeda di tiap-tiap zaman. Sehingga, jika umat ingin melakukan perubahan hakiki yakni perubahan atas dasar akidah Islam, maka tidak ada jalan lain kecuali mengambil sistem Islam dengan seluruh syariatnya tanpa memilah-milah termasuk di dalamnya aturan bernegara. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al Baqarah: 208, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Wallahu a’lam.
[LS/Ry]