Semakin Liberal, Semakin Amoral
Oleh: Dede Yulianti
LensaMediaNews- Kucumbu Tubuh Indahku. Film yang tengah beredar di bioskop Indonesia ini menuai kontroversi. Film tersebut mengisahkan tentang perjalanan penari Lengger Lanang di sebuah desa kecil di Jawa. Film besutan Garin Nugroho tersebut memuat konten penyimpangan seksual. Dengan mengangkat budaya Lengger Lanang, film ini menggiring opini seolah penyimpangan seksual merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia yang harus dimaklumi.
Selain konten kebebasan yang berbahaya, di dalam film tersebut terdapat adegan tak pantas yang melibatkan anak di bawah umur. Wajar, akhirnya Walikota Depok melarang bioskop-bioskop di Depok menayangkannya. Alasannya, film tersebut dinilai bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Petisi menentang dan memboikot film tersebut untuk tayang di beberapa kota pun bermunculan di media sosial. Petisi lewat laman Change.org tersebut berjudul “Gawat! Indonesia Sudah Mulai Memproduksi Film LGBT dengan Judul ‘Kucumbu Tubuh Indahku.” (tribunnews.com 26/04/2019).
Akibat Sekularisme
Tayangan kontroversial seperti ini bukanlah yang pertama dan tak akan jadi yang terakhir, selama sekularisme tetap menancap kuat di negeri ini. Sebab film sebagai salah satu alat propaganda dan sarana penanaman budaya liberal yang efektif. Ia adalah produk peradaban yang tak bebas nilai.
Inilah wujud nyata implementasi hukum demokrasi dalam menjamin kebebasan berekspresi dan berperilaku setiap manusia. Tak hentinya tayangan menyesatkan moral berproduksi, atas nama seni. Semakin liar, semakin amoral dan semakin liberal. Bahkan menjadi alat meraup keuntungan materi, meski moral generasi harus dikorbankan. Hingga manusia bebas berperilaku seraya meninggalkan tuntunan agama. Tentu sangat membahayakan. Kerusakan sosial menjadi ancaman serius bagi bangsa ini. Harus dilawan dan dihentikan!
Butuh Solusi Islam
Tak cukup hanya dengan larangan tayang di bioskop dan tandatangan petisi. Namun dibutuhkan peran negara untuk menghentikan produksi seluruh industri perfilman dan tayangan yang merusak. Negara tak boleh abai, akhlak generasi harus dilindungi.
Inilah pentingnya agama dalam mengatur perilaku manusia agar tak liar dan semaunya. Islam justru melarang konten dan tayangan yang bertentangan dengan syariat. Bahkan perilaku penyimpangan seksual merupakan kriminalitas yang harus dihentikan. Maka membuat film dengan tujuan menerima perilaku tersebut jelas dilarang dalam Islam. Sebab karya seni pun harus tunduk di hadapan hukum Allah. Seni bukan sekadar instrumen untuk hiburan semata. Lebih dari itu, kedudukan seni merupakan alat atau sarana dakwah dan pendidikan untuk mencerdaskan umat dan generasi dengan Islam. Peradaban Islam maju secara ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus melahirkan manusia-manusia beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Sudah selayaknya sekulerisme dibuang dari kehidupan umat. Kerusakan demi kerusakan semakin nyata. Wajah generasi pun semakin liberal. Saatnya umat kembali pada sistem Islam. Sistem yang tak mengabaikan perkara halal dan haram, serta menyelamatkan manusia dari berbagai kerusakan moral dan generasi. Di samping kebutuhan, sistem Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk menegakkannya. Sistem hidup warisan Nabi yang terbukti membawa manusia pada keberkahan hidup di dunia maupun di akhirat.
Wallahu’alam.
[LNR]