Kurikulum Industri: Mahasiswa sebagai Agen Pekerja Pasar Industri
Oleh: Apriliana Putri L.
(Mahasiswi, Komunitas Annisaa Ganesha)
Lensamedianews.com-Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia, Selasa (27/7/2021), meminta kepada perguruan tinggi di Indonesia untuk melibatkan berbagai industri dalam hal mendidik para mahasiswa. “Ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata.” Menurutnya, di era yang penuh disrupsi seperti sekarang, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan praktisi dan pelaku industri sangat penting. Beliau juga berpendapat bahwa kurikulum perguruan tinggi seharusnya memberikan bobot SKS yang jauh lebih besar untuk mahasiswa belajar dari praktisi dan industri. “Para mahasiswa harus difasilitasi untuk mampu bersaing di pasar kerja yang semakin terbuka dan terglobalisasi, harus mampu menjadi industriawan yang menciptakan lapangan kerja.” Kata Jokowi (Kompas.com).
Brand Communications Manager Kalbis Institute, Raymond Chirstantyo berpendapat bahwa perguruan tinggi harus menjadi rumah bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan akademik dan nonakademik, dan kurikulumnya menjadi landasan untuk mahasiswa belajar. Kurikulum berbasis industri ini penting sehingga saat mahasiswa lulus, mereka mampu diterima secara cepat di dunia industri dan dunia usaha (Medcom.id).
Pemerintah semakin serius memastikan kurikulum kampus adalah kurikulum industri, padahal sejatinya kurikulum industri yang diterapkan di perguruan tinggi hanya mengalihkan fokus mahasiswa dari pendalaman ilmu sekaligus menjadi pintu bagi korporasi untuk membajak potensi intelektual generasi. Bagaimana tidak? Civitas akademika yang seharusnya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang keilmuannya demi kemaslahatan umat akan berubah hanya bekerja menghasilkan harta.
Orientasi kapitalis kian menaungi cita-cita para mahasiswa ketika lulus nanti. Harapannya ketika lulus nanti, mahasiswa akan langsung diterima kerja di industri. Hal tersebut tentu menjadi ancaman jangka panjang bagi bangsa karena hilangnya sumber daya manusia pakar ilmu yang menjadi sumber lahirnya invoasi dan maslahat bagi masyarakat karena hanya akan muncul SDM operator mesin industri. Berapa jumlah mahasiswa yang bertahan sebagai aktivis yang loyal terhadap masalah umat? Saat ini, tidak banyak mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap umat, dengan padatnya rutinitas kampus yang membuat mahasiswa berkutat pada tugas dan ujian, lantas bagaimana jika kurikulum industri diterapkan?
Perguruan tinggi dengan kurikulum industri justru lebih mirip seperti mesin pencetak agen pekerja pintar dibandingkan sebagai institusi pendidikan dan juga agen perubahan. Padahal perguruan tinggi harusnya menjadi wadah yang melahirkan sumber daya manusia yang kapabel dalam melayani kebutuhan umat dan menghasilkan inovasi-inovasi untuk diambil manfaat seluas-luasnya demi umat, bukan malah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri/pasar.
Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk membentuk generasi berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam, dan ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan ketrampilan). Dengan kurikulum berbasis akidah Islam yang tidak memisahkan antara agama dan ilmu kehidupan, sistem pendidikan Islam akan melahirkan insan yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, sosok akademisi yang akan selalu peduli dengan masyarakat dan memaksimalkan ilmu pengetahuan serta keahliannya demi kemaslahatan umat.
Terbukti sejak berabad-abad lalu, perguruan tinggi dengan sistem Islam sudah melahirkan ribuan ilmuwan hebat seperti misalnya Ibnu Sina yang merupakan bapak kedokteran dunia, Al-Khawarizmi yang merupakan penemu teori aljabar dan angka nol, ataupun Abbas Ibnu Firnas yang ahli di bidang aerodinamika. Mereka terjun ke dalam dunia akademisi dan bersemangat menimba ilmu serta melakukan riset agar ilmunya bermanfaat bagi masyarakat. Tentu negara juga berkewajiban menyediakan tenaga pengajar professional yang ahli di bidangnya serta memberikan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Ahmad, ath-Thabrani ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Abani di dalam Shahihul Jami’ no. 3289) [LM/Mi]