Sigap Hadapi Gelombang Pandemi
Oleh: Ageng Kartika S.Farm
(Pemerhati Sosial)
Lensamedianews.com-Indonesia darurat dalam penanganan sistem kesehatan sudah hampir dua pekan ini. Kekurangan pasokan oksigen dan persediaan obat-obatan, menunjukkan fasilitas kesehatan kolaps untuk mengatasi serangan virus Covid-19. Pasien baik yang kaya maupun miskin tidak mendapat layanan yang memadai (Koran Tempo, 10/7/2021).
Masyarakat harus berjuang mandiri dalam mengatasi segala keterbatasan yang disediakan di rumah sakit rujukan atau tempat layanan kesehatan lainnya. Pontang panting mencari obat dan oksigen untuk keperluan keluarganya yang terpapar (positif Covid-19). Merunut lagi olengnya penanganan kesehatan ini. Semuanya diawali dengan ketidaksigapan pemerintah mengantisipasi kemungkinan besar terjadi lonjakan gelombang Covid-19. Adanya ledakan kasus Covid-19 di negara India dan kelangkaan bahkan kehabisan fasilitas kesehatan di sana tidak menjadikan sigap menghadapi kemungkinan yang sama. Dengan mempersiapkan layanan, obat-obatan, dan fasilitas penunjang perawatan untuk yang terpapar.
Banyak faktor penyebab lonjakan ini, antara lain: mobilitas masyarakat yang tetap tinggi di saat pandemi. Hilir mudik sebagian orang yang abai terhadap protokol kesehatan karena termakan isu konspirasi (menjadi isu yang mudah diterima) atau karena memang minim pemahaman benar. Ditambah vaksinasi yang merupakan benteng pertahanan pembentukan antibodi ditakuti sebagian orang karena kasus kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) lebih sering diviralkan dibandingkan keberhasilan imunisasi/vaksinasi. Padahal perbandingan berdasarkan data, keberhasilan vaksinasi jauh lebih besar. Terbukti walaupun ada yang terpapar setelah vaksin tingkat kesembuhan dan pemulihannya lebih cepat. Selain itu bergantinya kebijakan demi kebijakan dengan solusi yang parsial ikut andil. Sehingga masalah dasar dari penanggulangan sebaran Covid-19 tidak terakomodasi dengan baik. Yaitu penanganan kesehatan. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diberlakukan baik mikro maupun darurat tidak diimbangi dengan penutupan jalur internasional, yang berpotensi membawa varian virus dari negaranya. Walaupun warga negara asing telah mengikuti standar operasional kesehatan. Tetap saja menjadi jembatan tidak langsung masuknya varian-varian baru.
Maka perlu upaya dari pemerintah bersegera mengubah haluan penanganan utama dari pandemi ini. Faktor pertumbuhan ekonomi dijadikan penunjang setelah penanganan kesehatan. Fokus untuk menyelesaikan dan mendukung penuh praktisi kesehatan beserta penunjangnya dengan membelanjakan anggaran yang telah ditetapkan secara maksimal. Guna memenuhi kebutuhan nakes, pasien isolasi di rumah sakit, di tempat rujukan, dan pasien isolasi mandiri (isman). Menggandeng kerja sama dengan perusahaan farmasi swasta di dalam negeri untuk menghasilkan dan menambah ketersediaan obat-obat penunjang yang diperlukan selama pandemi ini. Pastikan keselamatan dan kesehatan masyarakat terpenuhi terlebih dahulu.
Khusus isman, maka perlu kesigapan dari dinas sosial dan dinas kesehatan di wilayah-wilayah tersebut membantu ketersediaan obat-obatan dan kebutuhan pangannya. Maka butuh pendataan yang valid bagi pasien isman. Dengan jalan bekerja sama dengan satuan tugas (satgas) di wilayah tersebut. Terbentuknya satgas ini sangat membantu bagi pasien isman.
Semoga berbagai usaha yang sedang dikerjakan oleh pemerintah berbuah hasil yang baik. Dukungan moril (taat menerapkan prokes) dan psikis (meningkatkan ketaatan/ketakwaan kepada Allah Swt.) dari masyarakat urgen untuk dilakukan. Agar lonjakan ini segera mereda dan berlalu atas kehendak-Nya. [LM/Mi]