Jabatan Harus Diberikan pada yang Mampu, Bukan yang Mau
Oleh: Silvia Anggraeni, S. Pd
Lensa Media News – “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh“_ (QS. Al-Ahzab: 72).
Pada hari ini kita saksikan betapa lalainya para pemangku amanah. Rakyat dibuat bingung tak terarah. Nasib rakyat kian hari makin parah. Mereka yang tengah berkuasa, sejatinya tak mengenal tugasnya. Maka tak mengherankan jika semua urusan kacau balau, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu” (HR. Bukhari).
Jabatan harus diampu oleh yang mampu, bukan sekadar yang mau. Dalam arena demokrasi, perebutan kekuasaan adalah hal biasa. Masih ingat kala pemilu tiba, para kandidat tampil bak sosok pembela rakyat jelata. Namun, ketika telah duduk di singgasana, semua menguap begitu saja. Kegagalan dan kelalaian dalam mengurus rakyat terjadi di mana-mana. Apalagi dalam situasi pandemi yang memang sangat pelik, ibarat benang kusut semua masalah terpaut dan sulit diurai. Semua kebijakan hasil racikan penguasa, hanya setengah hati hingga membuat pandemi tambah menjadi. Nampak jelas ketidakmampuannya dalam mengurusi rakyat.
Kelalaian yang menyebabkan nyawa melayang pun seolah hal lumrah. Nyawa manusia bagaikan tak ada harga. Mencermati kasus meninggalnya 63 pasien covid di RSUP Dr. Sardjito yang disebabkan kurangnya stok oksigen, seharusnya hal tersebut menjadi tamparan keras bagi mereka yang mengaku pengayom rakyat. Rentetan fakta kegagalan sistemik dalam menanggulangi pandemi telah membuka mata dan pikiran kita, bahwa sistem ini tak mampu menjaga dan mengayomi rakyat dalam semua bidang terutama dalam hal jaminan kesehatan.
Kembalikan Semua Urusan Kepada yang Mampu
Kilas balik ke dalam masa kejayaan khilafah. Saat datang pandemi, khilafah menetapkan kebijakan untuk mencegah penyebaran virus dengan melakukan lockdown serta menjamin pemenuhan seluruh kebutuhan rakyat selama masa lockdown diberlakukan. Khilafah mampu memberikan jaminan karena kekuatan ekonomi negara khilafah yang ditopang oleh keberhasilan pengelolaan berbagai sumber daya yang dimiliki negara. Semua sumber daya alam milik negara dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pemberian kesejahteraan, salah satunya adalah jaminan kesehatan dan pendidikan semua warga. Selain itu, fokus tugas Khalifah adalah mengutamakan urusan umatnya.
Amirul Mukminin, Umar bin Khattab ra. memberikan teladan sosok pemimpin yang baik. Kala bencana kelaparan melanda Madinah, beliau hanya makan roti dan minyak hingga kulitnya menghitam. Ia berkata: “Akulah sejelek-jeleknya kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.” Selain itu, beliau selalu memastikan rakyatnya mendapat makanan dengan menyalurkan bahan makanan dari kas baitul mal hingga tak ada lagi yang tersisa. Segala upaya dikerahkan dalam menjaga keberlangsungan hidup seluruh rakyatnya. Inilah teladan dan keluhuran jiwa seorang pemimpin sejati yang jelas tak ada saat ini.
Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa yang diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum muslimin, kemudian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka Allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari kiamat” (HR. Abu Dawud & At-Tirmidzi).
Wallahua’lambisshawwab.
[lnr/LM]