Pembiasaan Taat VS Liberal Bagi Generasi
Oleh : Tri Puji Astuti
Lensa Media News – Konten video yang dibagikan DW (Deutch Welle) Indonesia melalui akun Twitternya @dw_indonesia pada Jumat (25/9) mengulas tentang sisi negatif anak memakai jilbab sejak kecil. “Apakah anak-anak yang dipakaikan #jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?,” tulis DW Indonesia. Dalam video tersebut, DW Indonesia mewawancarai seorang ibu yang mewajibkan putrinya untuk mengenakan kerudung dan jilbab sejak dini. DW Indonesia merupakan lembaga penyiaran internasional yang memproduksi siaran TV, radio dan informasi melalui internet dalam 30 bahasa.
DW Indonesia juga mewawancarai psikolog Rahajeng Ika. Ia menanyakan dampak psikologis bagi anak-anak yang masih kecil jika diharuskan memakai jilbab dan kerudung. “Mereka menggunakan atau memakai sesuatu tapi belum paham betul konsekuensinya dari pemakaian itu,” kata Rahaeng Ika menjawab pertanyaan DW Indonesia.
“Permasalahannya apabila kemudian hari mereka bergaul dengan teman-temannya, kemudian agak punya pandangan yang mungkin berbeda, boleh jadi dia mengalami kebingungan, apakah dengan dia pakaian begitu berarti dia punya batasan tertentu untuk bergaul,” tambahnya. (fajar.co.id, 26/9/2020).
Selain Rahajeng Ika, DW Indonesia juga mewawancari feminis muslim. Nong Darol Mahmada tentang dampak sosial anak yang diharuskan memakai hijab sejak kecil. Nong Darol Mahmada menyebutkan, wajar-wajar saja seorang ibu atau guru mengharuskan anak memakai hijab sejak kecil. “Tetapi kekhawatiran saya sebenarnya lebih kepada membawa pola pikir si anak itu menjadi eksklusif karena dari sejak kecil dia ditanamkan untuk misalnya “berbeda” dengan yang lain,” tandas Nong Darol Mahmada. (moeslimchoice.com, 27/9/2020).
Setelah beberapa saat, konten DW Indonesia ini pun mendapatkan hujatan dari warganet dan tokoh publik lantaran menunjukkan sentimen Islamophobia. Di hari Jumat tanggal 25 September 2020, DW Indonesia merilis twit pembelaan dirinya melalui akun twitternya, @dw_indonesia. “Terimakasih atas perhatian Anda pada konten video DW Indonesia, yang menurut kami sudah berimbang dan akurat. DW mendorong kebebasan berpendapat dan diskusi terbuka, selama sifatnya adil dan tidak diskriminatif atau berisi hinaan terhadap siapapun.”
Kelihatannya trend Islamophobia di negeri Muslim terbesar dunia ini masih saja terus berkelanjutan bahkan bertambah parah. Hal ini terus terjadi karena tidak ada sanksi dan perhatian lebih dari penguasa. Terlihat jelas bahwa rezim pun turut ikut menjadi bagian dari Islamophobia dengan mengabaikan media-media, oknum-oknum dan petinggi negara yang mendiskriminasi ajaran Islam. Makar demi makar terhadap agama ini terus dipertontonkan dan dibiarkan.
Media dalam dunia modern bukan hanya berfungsi sebagai penyedia informasi. Media justru menjadi alat propaganda dan perang pemikiran. Faktanya tidak ada media yang netral, setiap media akan membawa misi dari idealisme yang dianutnya. Dalam hal ini DW Indonesia adalah media Barat yang liberal. Media ini pasti bersandar pada asas sekulerisme liberal yang memisahkan agama dari pengaturan kehidupan dan menempatkan kebebasan sebagai ruh kehidupannya. (harianaceh.co.id, 28/9/2020).
Jadi wajar jika mereka membenci bahkan memerangi syariah Islam, termasuk pula jilbab dan kerudung yang merupakan kewajiban yang diimplementasikan sebagai pengenalan identitas diri seorang Muslimah pada anak usia dini. Mereka mempertanyakan hak-hak anak, kebebasan anak dan entah apa lagi.
Fakta bahwa semakin banyak keluarga-keluarga Muslim yang mengenalkan Islam sejak dini kepada generasi memang menjadi ancaman bagi berakhirnya kejayaan dari peradaban Barat. Anak-anak kaum Muslim sejak dini tidak hanya diperkenalkan pada cara berpakaian menggunakan jilbab dan kerudung, namun juga pada peraturan pergaulan.
Terlihat jelas ketakutan dan kepanikan yang melanda para pengusung liberalisme. Berbagai cara mereka lakukan untuk menekan perluasan syariah Islam di penjuru dunia, mereka menggunakan segala media yang ada untuk menebarkan kebencian terhadap ajaran Islam. Telah tampaknya kilau cahaya kebangkitan peradaban Islam yang tampak pada generasi-generasi Muslim.
Mencetak generasi tangguh yang sepenuhnya berakidah Islam adalah menjadi tujuan utama para orang tua Muslim. Salah satunya adalah penanaman dan pendidikan Islam sejak dini agar kelak terbentuk menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai Syakhshiyah Islam.
Sejatinya makar yang diciptakan oleh media liberalis ini bukanlah apa-apa bagi umat Muslim. Dan nantinya akan datang masa di mana generasi-generasi yang telah dipersiapkan dengan aqliyah dan nafsiyah Islam akan menjadi penjemput kabar gembira dari Rasulullah SAW. Mereka tidak hanya berhijab, namun lisan dan pikiran mereka adalah Islam yang mengguncang dunia.
Wallahu a’ lam bish showab.
[ry/LM]