Tabayyun dari Kacamata Bapak Menteri Agama
Oleh : Mira Rahayu
(Aktivis Muslimah)
Lensa Media News – Kini istilah tabayyun marak dibicarakan oleh masyarakat. Kata ini muncul kepermukaan saat ketua Menteri Agama Fachrul Razi berkomentar atas kejadian sekelompok organisasi Nahdhatul Ulama (NU) yang mendatangi seorang ulama bernama Zainullah, beliau diduga menyebarkan ide khilafah ke masyarakat di Rembang Pasuruan Jawa Timur.
Kedatangan puluhan anggota GP Ansor ke kediaman Ahmad Zainullah ini menggegerkan jagat maya. Dikarenakan di dalam video tersebut seorang ketua GP Ansor Bangil sekaligus menjabat Anggota DPR kota Pasuruan, yakni Saad Muafi sedang membentak-bentak Ulama sepuh itu.
Memaksa beliau untuk menandatangani surat pernyataan untuk tidak menyebarkan paham khilafah di masyarakat. Banyak komentar negatif atas perlakuan anak muda berkacamata itu. Alih-alih mengedepankan akhlak dalam bersikap yang mencerminkan sebagai orang yang taat beragama dan berbudi pekerti luhur, sebaliknya malah menunjukkan perilakunya yang sangat disayangkan oleh kebanyakan masyarakat.
Disaat masyarakat banyak yang merasa kecewa atas sikap Ketua GP Ansor bangil tersebut. Rasa kecewa masyarakat bertambah dalam saat menteri Agama Fachrul Razi malah memberikan apresiasi kepada kelompok organisasi masyarakat ini. “Saya memberi apresiasi atas langkah tabayyun yang dilakukan oleh Banser PC Ansor Bangil yang mengedepankan cara-cara damai dalam menyikapi gesekan yang terjadi di masyarakat terkait masalah keagamaan,” ungkap Menag Fachrul Razi di Jakarta (Fix.Indonsia.com ,22/08/2020).
Pernyataan di atas memberi kesan tersendiri bagi masyarakat, dengan menyebut bahwa Menteri Agama tidak memahami arti tabayyun itu sendiri. Profesor Musni menuturkan “Kalau pernyataan Menag ini benar, amat disayangkan, karena Islam tidak mengajarkan untuk membuat kekerasan, membentak dan melakukan intimidasi kepada ulama atau kepada siapa pun,” sebagaimana dikutip di akunnya di Twitter, Minggu (23/8).
Memang benar apa yang dikatakan prof Musni, tabayyun dalam Islam secara bahasa adalah telitilah dulu. Kata tersebut dapat dilihat pada surat Al-Hujurat/49:6. Dalam ayat tersebut dijelaskan: “jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu). agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.”
Jika dilihat dari pengertian tabayyun di atas, jelas sudah Menteri Agama tidak mampu menengahi permasalahan di atas. justru terkesan memihak kelompok yang jelas-jelas melakukan tindakan yang tidak berdasar. Bagaimana mungkin sikap membentak-bentak orang yang lebih tua, berkata kasar, dan memaksakan kehendak disebut tabayyun?
Padahal Rasulullah SAW sendiri telah memberikan contoh kepada kita bahwa kaum Muslimin harus memperlakukan kaum Muslimin yang lain sebagai saudara. Karena antara kaum Muslimin yang satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh, jika satu terluka maka yang lainnya ikut merasakan sakitnya.
Bukan malah sebaliknya, saudara Muslim menyakiti saudara Muslim yang lain. Meskipun pernyataan Menteri Agama demikian pahit, semoga tidak pernah ada lagi kejadian seperti itu di kemudian hari. Sebab, sungguh Islam hanya mengajarkan kepada kaumnya untuk keras kepada kaum kuffar saja bukan, kepada kaum Muslimin lagi.
Hal ini sejalan dengan QS. Al Fath ayat 29 yang artinya ” Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnyakarena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Wallahu a’lam bis Showab
[LM]