Moderasi Beragama?
Beberapa waktu yang lalu, Kementerian Agama kembali merevisi materi di sekolah berkenaan dengan jihad dan khilafah diganti menjadi moderasi beragama. Istilah moderasi/moderat memang sangat gencar disuarakan.
Seperti yang ditulis dalam laporan penelitian RAND Corporation (lembaga milik AS) berjudul ‘Building Moslem Moderate Network’ dan disebarkan ke seluruh dunia Islam bahwa moderat yang dimaksud adalah tidak menolak paham-paham dari Barat termasuk toleransi beragama.
Artinya, menjadi muslim tidak perlu berislam secara sempurna tetapi harus terbuka dengan mengakui keyakinan agama lain dan nilai-nilai dari luar, meski bertentangan dengan syariat. Kemudian berislam sempurna diartikan sebagai fundamentalis atau radikal sedangkan terbuka atau modern diartikan moderat.
Hal ini merupakan narasi berbahaya sebab dapat berakibat perpecahan kaum muslimin, pendangkalan akidah, pelemahan keagungan Islam, serta menjauhkan anak didik dari agamanya sendiri. Lambat laun mereka tidak akan lagi bangga dengan agamanya dan identitasnya sebagai seorang muslim, naudzubillah.
Padahal, Islam adalah satu-satunya agama sekaligus pedoman hidup yang jika diterapkan secara sempurna akan terwujud kesejahteraan dan keberkahan bagi seluruh makhluk.
Sementara makna umat ‘wasath’ dalam tafsir Al Qurthubi bermakna adil, dalam tafsir Ibnu Katsir maknanya adalah terbaik. Bukan diartikan sebagai sikap kompromistik, jalan tengah, atau moderat dengan mengambil nilai-nilai lain di luar syariat sebagaimana yang disuarakan.
Bukti ril dari makna adil dan terbaik justru akan terwujud apabila syariat ditegakkan dengan khilafah dan futuhat (jihad). Sayangnya jika dua hal tersebut berusaha dihapus, maka kita perlu menilik ke arah mana narasi ini dibuat? Nampak dengan terang narasi ini untuk kepentingan hegemoni Barat dan pengikutnya.
Oleh karena itu, perlu bagi orang tua dan pendidik untuk waspada, tidak langsung menerima tanpa memiliki landasan ilmu syariat yang kuat, dan terus mengontrol bahan-bahan ajar yang diberikan pada anak. Disamping itu, mengkaji secara komprehensif lalu menyuarakan kebenaran adalah aktivitas yang harus kita lakukan bersama-sama.
Zahbia Dina,
(Guru)
[ln/LM]