Tak Ada Ruang Bagi Logika Sesat “No Hijab Day”

Oleh: Ita Mumtaz

 

LensaMediaNews – Kampanye sesat “No Hijab Day” telah digelar oleh kelompok feminis-liberal. Atas nama “Hijrah Indonesia”, mereka mengusung pemikiran rusak liberal dengan dalih cinta nuansa budaya Indonesia. Pada 1 Februari 2020 kemarin ada ajakan konyol dari mereka, yakni pelepasan hijab sehari secara global, baik kepada muslimah atau bukan muslimah.

Kemudian menayangkan  foto di instagram, facebook, maupun twitter dan blog yang memperlihatkan kepala tanpa memakai hijab/jilbab/niqab/cadar/ kerudung dan semacamnya. Hasutan ini dalam rangka menyerang kampanye World Hijab Day yang dirayakan muslimah sedunia setiap tanggal 1 Februari.

Agenda maksiat yang terkesan memaksakan itu ternyata diprakarsai oleh aktivis perempuan liberal dari Kanada, Yasmine Mohammed. Pantas saja demikian, karena dia telah gagal dalam memahami betapa mulia aturan Allah tentang kewajiban hijab ini. Ditengarai, Yasmine adalah seorang yang dulunya muslimah, lalu murtad. Dia menganggap bahwa kewajiban berjilbab adalah pelecehan terhadap kaum perempuan. Na’uzubillah.

Setali tiga uang dengan mereka. Sebelum kegilaan ini terjadi, jagat publik telah digemparkan dengan pernyataan Ibu Negara Indonesia keempat, Ibu Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah di kanal YouTube Dedy Corbuzier, 15 Januari 2020.

Apa hubungan di antara keduanya? Tentu pelaku dari semua itu adalah corong-corong liberalis. Seorang publik figur, istri ulama fenomenal sekaligus kontroversial telah membuat opini yang membahayakan pemikiran umat. Berani-beraninya beliau melontarkan pernyataan bahwa perempuan muslimah tidak wajib memakai jilbab. Dikatakan pula jika suaminya masih hidup maka yakin betul ia tidak akan mewajibkan perempuan muslim untuk mengenakan jilbab.

Andai ada yang setuju dengan pernyataan beliau lalu mengamalkannya, tak terbayang betapa besar beban dosa yang kelak harus dipikul di hadapan mahkamah Allah SWT.

Semoga kaum muslimin mampu bersikap cerdas dalam menghadapi arus liberalisasi yang kian tak terbendung. Alhamdulillah gelombang hijrah dan kebangkitan sudah begitu nampak di era kekinian. Jilbab dan khimar telah menjadi pakaian dan mahkota terbaik para muslimah, mulai dari anak-anak, remaja milenial, hingga dewasa. Baik di pelosok desa maupun ibu kota. Tentu saja semua itu adalah hasil dari upaya edukasi kepada umat oleh para pengemban dakwah dan ulama yang penuh keikhlasan dan keberkahan.

Tak ayal kelompok liberal pembenci Islam lantas panik mendapati fenomena yang mencengangkan ini. Lalu mencoba menggandeng publik figur di kalangan santri yang sejalan dengan nalar liar mereka. Dengan harapan, umat tunduk patuh pada titah bu nyai.

Nampaknya umat semakin sadar bahwa saat ini senyatanya ada upaya busuk dari para pembenci Islam dari kalangan munafik liberal. Segala intrik akan dilakukan demi memanjakan hawa nafsunya. Jika tidak bersegera bangkit untuk membendungnya, maka kita pasti akan tergilas roda-roda kemaksiatan.

Butuh Ketundukan Hakiki dalam Memahami Perintah Allah.

Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama mu’tabar tentang kewajiban menutup aurat, yakni mengenakan jilbab dan khimar bagi muslimah yang sudah baligh. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Swt, yang artinya:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Ahzab 33: 59).

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “ Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS: An-Nur 24:31)

Untuk menafsirkan ayat-ayat mulia ini, tak cukup dengan berbekal logika manusia, sacerdas apapun spesiesnya. Meski sosok sekaliber Gus Dur yang terkenal jenius. Penafsiran Alquran butuh akal sebagai wasilah untuk berpikir dalam meyakini akidah Islam. Diiringi pengerahan segenap daya pikir dalam memaknainya. Sejalan dengan keilmuan yang tinggi bersama rasa kelemahan diri serta ketundukan hakiki kepada Sang Pencipta.

Untuk itulah, tak ada lagi ruang bagi penganut prinsip kebebasan yang menuhankan logika. Karena, menurut mereka tidak ada kebenaran mutlak di dunia. Sedangkan prinsip seorang muslim adalah tunduk dan patuh kepada kebenaran yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya, melalui penafsiran para ulama yang mukhlis dan lurus.

Sungguh eksistensi liberalis akan senantiasa dipelihara oleh musuh Islam. Bahkan mereka rela menggelontorkan dana yang tidak sedikit demi menjauhkan umat Islam dari agamanya. Maka dari itu, satu-satunya cara untuk menghadangnya adalah dengan berjuang mewujudkan institusi Khilafah. Karena hanya negara Khilafah yang mampu menjaga kemurnian akidah umat dari pemikiran menyimpang dan menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawwab.

 

[LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis