Malapetaka Ramadan 1446 H : Gaza Kembali Membara

Oleh : Ummu Rifazi, M.Si
LenSaMediaNews.Com, Opini–Warga Gaza baru saja rampung menghias pemukiman mereka yang luluh lantak oleh serangan militer Zionis Israel laknatullah. Namun dalam hitungan hari hiasan lampu warna-warni untuk menyambut Ramadan itu hancur porak poranda oleh serangan Militer Zionis Israel laknatullah ketika gencatan senjata berakhir pada tanggal 1 Maret 2025 yang bertepatan dengan tanggal 1 Ramadan 1446 H (tribunnews.com, 02-03-2025).
Kebiadaban Zionis Israel laknatullah tidak berhenti hanya sampai disitu. Mereka pun menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilyah Gaza dan menghalangi akses warga Palestina untuk beribadah ke Masjidil Aqsha di Yerusalem Timur dengan alasan keamanan. Namun alasan sebenarnya yang dipahami oleh Warga Palestina dari pelarangan ini adalah upaya Me-Yahudikan Yerusalem Timur dengan menghapus identitas Arab dan ke-Islamannya (nomorsatukaltim.disway, 01-03-2025).
Penjajahan : Noda Kemuliaan Ramadan dan Keterpurukan Islam
Sungguh suatu keprihatinan bersama dan harus sangat diperhatikan oleh seluruh muslim, terutama oleh para penguasa negeri kaum muslimin jika sampai ada saudaranya yang terhalang untuk melaksanakan berbagai amal ibadah di Ramadan Karim ini akibat adanya penjajahan dari kaum kafir. Penjajahan tersebut tidak hanya ancaman dan genosida terhadap rakyat Palestina, namun sejatinya kebiadaban ini merupakan malapetaka keterpurukan dan kehancuran bagi Islam.
Kondisi tersebut sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar ra., ” Sungguh sebaik-baik tempat salat adalah tempat itu (Masjidil Aqsha). Tempat itu adalah bumi Makhsyar dan Mansyar. Tidak lama lagi memiliki tanah seukuran tali kuda. Sehingga dari sana ia dapat melihat Baitul Maqdis itu lebih baik baginya daripada dunia seluruhnya”.
Dalam hadis tersebut, Nabi mengabarkan bahwa akan datang suatu masa ketika umat Islam tidak bisa memasuki dan salat di Masjidil Aqsha. Bahkan kaum muslimin tidak bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri sehingga mereka mengandaikan memiliki satu tempat atau celah di dinding yang sangat kecil agar dapat melihat Masjidil Aqsha dari jauh.
Dalam kondisi sulit ini, melihat Masjidil Aqsha pahalanya jauh lebih besar daripada dunia seisinya. Dan malapetaka sebagaimana dikabarkan Nabi Saw. pun terjadi saat ini ketika Zionis Israel laknatullah menguasai Baitul Maqdis dan menghalangi kaum muslimin untuk masuk dan sholat di Masjidil Aqsha.
Sesungguhnya Masjidil Aqsha adalah gerbang langit. Miraj Nabi Saw. ke langit tidak langsung dilakukan dari Masjidil Haram, namun terlebih dulu ada Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan barulah Beliau Miraj ke langit dari Masjdil Aqsha.
Demikian juga ketika Beliau kembali dari langit pun ke Masjidil Aqsha dulu, tidak langsung ke Masjidil Haram. Maknanya Masjidil Aqsha juga merupakan gerbang Masjidil Haram, sehingga lepasnya Masjidil Aqsha dari tangan kaum muslimin ke tangan Zionis Israel laknatullah akan menjadi ancaman keselamatan bagi penduduk Hijaz dan seluruh kaum muslimin. Belum sadarkah kaum muslimin dan utamanya para penguasa negeri kaum muslimin akan ancaman yang sudah ada di depan mata ini?
Ramadan, Momen Perjuangan Menghapuskan Penjajahan
Bagi warga Gaza khususnya dan Palestina pada umumnya mereka tidaklah dihisab atas malapetaka yang menimpa mereka. Justru mereka bergelimang pahala keikhlasan dan kesabaran selama hampir delapan puluh tahun dalam ancaman Zionis Isreal laknatullah. Namun ada celaan dari Allah taalaa bagi kaum muslimin pada umumnya dan khususnya bagi para peguasa negeri kaum muslimin yang berdiam diri terhadap penjajahan di bumi yang diberkahi Allah ini.
Ramadan Karim semestinya digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan oleh Zionis Israel laknatullah yang didalangi oleh Amerika Serikat (AS). Dan Umat Islam tidak boleh berharap apalagi mencari solusinya pada Barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian dan solusi dua negara. Entitas Zionis Isarel laknatullah sudah jelas merupakan muhariban fi’lan (negara yang secara nyata memusuhi dan memerangi Islam) yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang, jihad fii sabilillaah.
Dan jihad fii sabilillaah ini hanya efektif dan solutif dilakukan di bawah komando seorang Khalifah. Maka penegakkan kembali Daulah Khilafah Islamiyyah adalah qadliyah mashiriyah (problematika utama) yang wajib menjadi agenda utama umat Islam. Semoga Ramadan 1446 H menjadi Ramadan terakhir yang dijalani Rakyat Palestina penuh penderitaan akibat penjajahan Zionis Israel laknatullah dan negara adidaya pendukungnya Amerika Serikat. Allahu Akbar. Wallahu alam bisshowwab. [LM/ry].