Ramadan Tanpa Perisai, Kemaksiatan Tetap Merajalela 

20250309_135151

Oleh: Widhy Lutfiah Marha

Pendidik Generasi

 

LenSaMediaNews.Com, Opini–Ramadan selalu disambut dengan sukacita oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan penuh berkah ini semestinya menjadi momentum untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, di tengah atmosfer religius yang semestinya kental, kemaksiatan justru tetap berjalan dengan wajah yang lebih halus.

 

Tempat hiburan malam seperti karaoke, biliar, dan diskotek masih beroperasi, meskipun dengan pembatasan jam. Alih-alih memberantas kemaksiatan, kebijakan ini justru seperti memberikan ruang kompromi, seolah kemaksiatan hanya perlu dibatasi, bukan dihilangkan.

 

Kebijakan ini bukan hanya sekadar aturan teknis yang mengatur jam operasional, tetapi potret nyata dari sistem Sekular yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini memandang agama hanya sebatas urusan pribadi, bukan aturan yang mengikat kehidupan sosial dan politik. Selama ada keuntungan ekonomi, aturan agama bisa dikesampingkan.

 

Fakta yang menampar yaitu sejumlah media melaporkan bahwa beberapa daerah, termasuk Jakarta, hanya membatasi jam operasional tempat hiburan tanpa benar-benar menutupnya. Bahkan di Banda Aceh, daerah yang selama ini dikenal kental dengan penerapan syariat Islam, kini tak lagi melarang tempat hiburan buka saat Ramadan. Alasannya? Demi memberikan ruang bagi pelaku usaha agar tetap mendapat keuntungan. Paradigma yang dipakai jelas berbasis asas kemanfaatan, bukan ketaatan pada syariat (viva.co.id, 27-02-2025)

 

Demokrasi Menodai Bulan Suci 

 

Demokrasi sekularlah yang telah menanamkan pemikiran bahwa agama cukup diterapkan dalam urusan ibadah personal, sementara kehidupan sosial, ekonomi, dan hukum diatur dengan standar manusia. Akibatnya, kemaksiatan tetap berjalan dengan wajah legal, meski di bulan suci Ramadan sekalipun.

 

Maraknya kemaksiatan juga menunjukkan kegagalan sistem pendidikan sekular yang diterapkan saat ini. Pendidikan hanya berorientasi pada materi dan karier, tanpa menanamkan nilai ketakwaan yang kuat. Generasi muda tumbuh dengan pemikiran bebas, memisahkan agama dari kehidupan. Mereka mencari hiburan tanpa mempertimbangkan halal atau haram, sementara pemerintah menutup mata selama roda ekonomi terus berputar.

 

Sistem ini melahirkan masyarakat yang lebih mementingkan kesenangan duniawi daripada ketaatan kepada Allah. Hiburan yang seharusnya menjadi sarana rekreasi justru berubah menjadi sarana pelampiasan nafsu, tanpa kendali moral dan agama.

 

Syariat Islam: Solusi Hakiki

 

Kemaksiatan seperti ini tidak akan pernah bisa diberantas selama sistem sekuler masih diterapkan. Islam memberikan solusi tuntas melalui penerapan syariat secara kafah dalam naungan Khilafah. Dalam sistem Islam, aturan Allah menjadi landasan utama dalam semua aspek kehidupan, termasuk dunia hiburan dan pariwisata.

 

Hiburan yang berpotensi menjerumuskan pada maksiat akan dilarang secara tegas. Hiburan yang diperbolehkan pun harus memenuhi standar syariat, memberikan manfaat tanpa melanggar batasan agama. Tidak ada ruang bagi kompromi atas nama ekonomi atau kebebasan individu.

 

Lebih dari itu, sistem pendidikan Islam akan membentuk individu yang bertakwa sejak dini. Mereka akan memahami bahwa hidup bukan sekadar mengejar kesenangan dunia, tetapi untuk beribadah kepada Allah. Dengan kesadaran ini, masyarakat akan secara sadar menolak segala bentuk kemaksiatan, baik sebagai pelaku maupun penyedia jasa hiburan.

 

Karena, Ramadan adalah momen untuk memperkuat ketakwaan dan membersihkan diri dari dosa, bukan sekadar menahan lapar di siang hari dan membiarkan maksiat merajalela di malam hari. Umat muslim harus menyadari bahwa perubahan sejati hanya bisa terjadi dengan meninggalkan sistem sekular dan kembali pada syariat Islam secara kafah.

 

Selama sekulerisme masih bercokol, Ramadan tanpa perisai hanya akan menjadi bulan yang kehilangan makna. Maksiat tetap berjalan, meski dalam batasan yang diatur. Kini saatnya umat muslim bertanya pada diri sendiri: apakah kita rela terus hidup dalam ilusi ketakwaan, ataukah siap berjuang menegakkan aturan Allah sebagai perisai sejati dalam kehidupan ini?

 

Hanya dengan syariat Islam secara kafah, Ramadan akan kembali menjadi bulan yang benar-benar suci, bukan sekadar tradisi tahunan yang kehilangan esensinya. Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis